Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menilai laporan yang dibuat dewan perwakilan rakyat AS tentang kemampuan nuklir Iran, bahwa negara itu sedang membuat senjata nuklir ‘tidak jujur dan tidak layak’.
Dalam surat IAEA yang didapat Associated Press, Kamis (14/9) disela-sela pertemuan 35 negara anggota IAEA, disebutkan bahwa AS sudah salah menyatakan Iran sedang membuat uranium sampai level cukup untuk membuat senjata nuklir, di lokasi percobaan pengayaan uraniumnya. Karena faktanya, Iran hanya memproduksi material-material dalam jumlah kecil dan jauh dari kadar yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir.
Surat IAEA itu juga membantah laporan AS yang menyebutkan bahwa Kepala IAEA Muhammad ElBaradei telah memberhentikan seorang penyelidik dari tim investigasi nuklir Iran, karena telah menyimpulkan bahwa tujuan program nuklir Iran adalah untuk membuat senjata.
IAEA menyebut laporan AS tentang hal itu ‘tidak benar dan menyesatkan’. Yang benar adalah, penyelidik itu diganti atas permintaan Teheran dan Teheran punya hak-atas perjanjian antara semua negara anggota IAEA dengan IAEA-untuk penggantian tersebut.
"Laporan itu berisi saran-saran yang tidak layak dan tidak jujur, dengan mengatakan bahwa penggantuan itu kemungkinan karena ketidaktaatan penyelidik yang bersangkutan atas kebijakan tak tertulis dari IAEA yang melarang petugas IAEA mengungkapkan semua kebenaran tentang program nuklir Iran," demikian bagian isi surat IAEA.
Surat IAEA tentang penilaian hasil laporan dewan perwakilan rakyat AS terkait program nuklir Iran, tertanggal 12 Agustus 2006 dan ditujukan ke anggota dewan Peter Hoekstra, ketua House Permanent Select Committee on Intelligence. Surat tersebut ditandatangani oleh direktur IAEA, Vilmos Cserveny.
Juru bicara komite di dewan perwakilan rakyat AS, Jamal Ware, membenarkan bahwa pihaknya sudah menerima surat tersebut. Ia mengatakan, dewan akan mengkajinya dan jika perlu memberikan respon atas surat IAEA itu.
"Apa yang menjadi keberatan IAEA adalah semua keterangan foto. Jika anda membaca laporan (AS) itu, dengan jelas laporan itu mengatakan bahwa Iran sedang mengembangkan kemampuannya melakukan pengayaan uranium sampai cukup untuk membuat senjata, bukan bahwa Iran sudah membuatnya," kata Ware beralasan.
Sebelumnya, IAEA dan AS pernah bertikai soal laporan AS yang menyatakan bahwa Saddam Hussein membuat senjata pemusnah massal, yang akhirnya menjadi alasan AS untuk menyerang Irak. Belakangan terbukti, laporan AS itu tidak benar. (ln/AP)