Salah satu manuver Barack Obama, setelah terpilih menjadi presiden AS adalah melarang kekejaman interogasi yang dilakukan sejak 9/11 yang melegalkan penyiksaan. Eric Holder, calon jaksa agung pilihan Obama sudah jauh-jauh hari menyatakan keberatannya akan interogasi kejam gaya AS ini. Salah satu yang menjadi pusat perhatian dari Holder adalah waterboading, yaitu teknik interogasi dimana kepala tahanan direndam di bawah permukaan air dalam waktu yang lama. Teknik ini digunakan oleh CIA, terutama ketika memperlakukan tahanan Abu Ghraib di Iraq.
Menurut CIA, semua teknik interogasi yang dilakukan kepada tahanan Abu Ghraib adalah legal dan berdasarkan manual yang ada sebelum direvisi pada tahun 2006. CIA sendiri sampai saat ini masih terus menjalankan seperangkat peraturan rahasia yang hanya diketahui oleh kalangan internalnya saja. CIA mengklaim bahwa mereka mendapatkan pengecualian untuk melakukan beberapa teknik interogasi tertentu.
Adapun teknik-teknik interogasi yang berlaku selama ini adalah:
Good cop, bad cop: (di AS dikenal dengan istilah Mutt and Jeff): dimana kedua interogator melakukan pendekatan berlawanan pada target agar sang target lebih menyukai salah satu interogator dan kemudian setelah itu akan dengan mudah memberikan laporan dan kerjasama.
Rapid-Fire QUestioning: interogator mencoba untuk membuat taget bingung dan menyodorkan prosedur kontradiksi yang bisa didebat.
We Know All: interogator berpura-pura tengah mengkonfirmasikan detail kejadian yang sudah ia ketahui sebelumnya.
Ego Up: interogator memuji-muji target untuk mendapatkan informasi.
Ego Down: kebalikan dari Ego Up, yaitu tahanan diserang egonya.
Emotional Fear Up: interogator menghadirkan ketakutan dan ancaman-ancaman sebelumnya.
Silent: interogator tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap target dengan mata yang tajam dan sedikit senyum
Cara Terbaik
Mantan presiden AS, George Bush selalu menolak keras bahwa negaranya melegalkan penyiksaan bahkan peristiwa di Abu Grhraib. Bush mengatakan bahwa ia telah mengikuti semua prosedur yang telah ditetapkan oleh Konvensi PBB terhadap penyiksaan. Tapi Maret 2008, ia sendiri kemudian memveto peraturan itu dan memaksa CIA untuk mengadopsi manual militer. "Sumber terbaik tentang menyerang teroris berasal dari teroris itu sendiri." kilahnya, "jika kita menghentikan program ini, maka kita semua akan kehilangan informasi dari teroris senior, dan itu membahayakan AS."
Ekeftivitas metode ini terus diperdebatkan. Mantan direktur CIA, Michael Hayden mengatakan bahwa teknik interogasi tersebut berjalan sangat baik. "Saya yakin bahwa cara itu sangat efektif dalam mencari informasi." paparnya.
Kontraproduktif
Robert Coulam, seorang profesor peneliti di Simmons School di Boston mengatakan bahwa hanya sedikit pengetahuan yang memungkinkan interogasi gaya ini berhasil. "Pertanyaannya adalah, apakah pendekatan interogasi ada yang lain? Apakah seorang interogator handal akan bisa mendapatkan infromasi tanpa mengurangi paksaan? Paksaan akan bisa jadi sangat kontraproduktif, dan merupakan cara yang salah."
Manual tentara pun melarang pemaksaan, dengan menyebutnya sebagai teknik yang buruk yang hanya akan menghilangkan semua hubungan yang mungkin digali dari proses interogasi dan target. Admiral Don Guter, jenderal advokat di Kelautan AS dari tahun 2000-2002 mengatakan, "hal itu hanya akan mempersulit kerja para interogator."
CIA: Abaikan Saja Hukum Itu
Memasuki bulan April 2009, Susan Jay Crawford, pejabat resmi dari pengadilan militer di Guantanamo Bay megatakan bahwa interogasi yang dilakukan di sana sudah mencapai tingkatan penyiksaan. Crawford mengatakan bahwa salah satu tahanan diinterogasi sampai 20 jam dan dibuat jadi stess, dilecehkan secara seksual pula. Hal ini semua menurut Pentagon meruapakn prosedur resmi. "Tahanan menjadi lemah karena metode ini." ujar Crawford pada Washington Post.
Pernyataan Crawford menjadi sangat penting pada dua hal, setidaknya menurut Phillipe Sands, seorang profesor Hukum International di Universitas College London, "Tidak hanya menunjukan bahwa penyiksaan benar-benar terjadi pada masa Bush," terangnya, "Tapi juga menunjukan bahwa penyiksaan terjadi di pengadilan. Jadi apa tujuan dari teknik interogasi yang kasar itu?"
Dalam pandangan Phillip Heyman, seorang profesor hukum di Universitas Harvard, hukum baru interogasi adalah sebuah peraturan yang lebih baik. Seharusnya CIA mengaplikasikan peraturan baru itu. Namun Admiral Guter mengatakan bahwa "AS mempunyai banyak cara untuk melakukan proses interogasi.." Michael Hayden bahkan sudah mengatakan kepada anak-anak buahnya yang masih bekerja untuk mengabaikan peraturan baru itu.
Akankah AS benar-benar berubah? Ataukah semua ini hanya sebuah kamuflase belaka untuk menutupi kekejaman AS terhadap dunia Islam yang sesungguhnya dan menarik kembali simpati dunia yang mulai luntur terhadap negara Paman Sam itu? (sa/bbc)