Myanmar barat mulai tampak tenang, Sabtu kemarin (27/10), setelah hampir seminggu terjadi pertentangan etnis yang mematikan. Demikian kata jurubicara pemerintah Myanmar. Sementara itu kelompok-kelompok HAM menyerukan tindakan guna mengakhiri kekerasan. Yang kata mereka kekerasan ini telah didokumentasikan dengan pemotretan satelit.
Jurubicara negara bagian Rakhine Win Myaing mengatkaan tidak ada laporan terjadinya bentrokan baru antara warga Rakhine yang Budha dan warga Muslim Rohingya.
Pegiat HAM, HRW, juga merilis gambar yang menunjukkan pengrusakan di distrik barat Myanmar akibat kekerasan etnis.
HRW mengatakan lebih dari 800 bangunan dan rumah perahu terbakar.
Gambar satelit juga menunjukkan sekitar 14 hektar kawasan terbakar di Kyaukpyu, kota pantai di Rakhine.
Pegiat HAM asal AS tersebut menyatakan kebanyakan warga di kawasan tersebut adalah Muslim Rohingya, yang menjadi target serangan non-Muslim yang menyebut mereka tidak termasuk dalam Myanmar.
Banyak warga Rohingya yang diyakini kabur dengan menggunakan kapal ke laut.
“Pemerintah Myanmar harus dengan cepat menjamin keamanan bagi Rohingya di Rakhine, yang menjadi target serangan brutal,” kata Phil Robertson, wakil direktur HRW Asia.
“Kecuali pemerintah mulai menangani akar penyebab kekerasan, maka ini hanya akan bertambah buruk,” katanya.
PBB sebelumnya memperingatkan bahwa program reformasi negara itu terancam akibat kekerasan komunal yang berlanjut antara kelompok lokal Budha dan Muslim Rohingya.
Setidaknya 64 orang tewas pekan ini, dalam kekerasan serius terbaru yang pecah sejak Juni silam, saat kawasan darurat diberlakukan di Rakhine.(fq/bbc/voa)