Gerakan Hizbullah, Irak, telah membentuk milisi baru untuk membungkam para pengunjuk rasa, seperti dikatakan oleh Ahmed Abu Risha, pemimpin Dewan Nasional Pembangunan di provinsi warga Sunni – Anbar, di mana ribuan orang berunjuk rasa menuntut reformasi politik dan pembebasan para tahanan.
Wathiq al-Batat, ketua Hizbullah Irak, mengumumkan pendirianPasukan Perang Mukhtar pada 4 Februari, dengan tujuan melindungi warga Syi’ah dan membantu pemerintah melawan terorisme.
Milisi “sektarian” ini didirikan atas persetujuan pemerintah, kata Abu Risha. Pemerintah telah memerintahkan penangkapan Batat atas keterlibatannya dalam pemboman tanggal 17 Februari di Baghdad, yang menewaskan lebih dari 100 orang.
“Jika pemerintah mau menangkap Batat, semestinya sudah jauh sebelumnya,” kata Abu Risha, menambahkan bahwa pasukan Irak mampu melindungi warga Syi’ah di negara tersebut.
Batat menyangkal dakwaan tersebut, mengatakan bahwa situs jaringan berita Irak – al Mada Press bertanggungjawab. “Pemerintah bodoh karena tidak mengindahkan peringatan kami bahwa al-Qaeda akan melakukan serangan,” tambahnya.
Klaim Batat bahwa ia didukung oleh Iran tidak terbukti benar, kata seorang pejabat Pengawal Revolusi Iran.
Batat mengatakan bawa kelompoknya bertanggungjawab atas serangan 9 Februari di Camp Liberty, yang menampung kelompok terasing Iran Mujahidin e-Khalq. Investigasi masih berjalan, Martin Kobler – perwakilan Irak dalam PBB menyatakan.
Pasukan Mukhtar juga baru-baru ini dilaporkan bertanggungjawab atas aksi penyebaran selebaran berisi ancaman terhadap warga Sunni di Baghdad untuk meninggalkan rumah-rumah mereka. (DS/al-arabiya)