Penculikan serdadu Israel seperti menjadi trend baru untuk menekan keganasan Israel. Setelah kasus penangkapan tentara Israel Kopral Gilad Shalit oleh pejuang Palestina. Kini giliran Libanon melakukan taktik yang sama untuk menekan Israel.
Hasan Nashrullah, Pimpinan Hizbullah Libanon kembali menegaskan pihaknya takkan melepas tawanan dua serdadu Israel yang ditangkap sejak Rabu (12/7), kecuali dengan menukar tawanan Libanon yang hingga kini masih mendekam di penjara Zionis.
Nashrullah dikenal garang dan keras jika berbicara tentang pendudukan Zionis di Palestina. Ia menegaskan, “Dua tawanan yang ada pada kami, tidak akan bisa dibebaskan kecuali dengan satu cara, perundingan tidak langsung yang dilanjutkan dengan pertukaran tahanan. Tak ada cara lain kecuali cara ini.”
Ia menambahkan bahwa target penangkapan dua tentara Israel itu memang untuk menukarnya dengan tahanan Libanon yang ada di penjara Israel, bukan untuk meningkatkan suhu politik dan keamanan di wilayah Selatan Libanon. “Kami tidak ingin menjerumuskan Libanon pada peperangan, kami juga tidak ingin menjadikan Libanon sebagai medan perang,” ujarnya.
Ia mengingatkan Israel untuk berpikir panjang bila ingin mengerahkan operasi militer guna membebaskan dua serdadunya. “Musuh Israel bermimpi, jika melakukan itu,” ujarnya. Di sisi lain, Hasan Nashrullah menantang Israel dengan mengatakan, “Jika Israel ingin menggelar operasi militer, kami juga siap menghadapinya sampai titik terakhir yang dikehendaki Israel dan kroninya. Jika mereka memilih konfrontasi militer, tunggulah banyak kejutan-kejutan.”
Meski peristiwa penangkapan serdadu Israel ini terjadi setelah tragedi penculikan serdadu Israel oleh pejuang Palestina, namun Nashrullah menegaskan aksi yang dilakukan Hizbullah sudah direncanakan sebelum penculikan di Palestina. “Aksi penculikan kami dilakukan secara wajar, sebelum peristiwa yang terjadi di jalur Ghaza,” ujarnya.
Terjadi perdebatan sengit di dalam pemerintahan Libanon sendiri terhadap aksi Hizbullah ini. Namun Nashrullah tidak menganggap masalah ini menjadi masalah yang harus dirisaukan. Ia menenangkan rakyat Libanon dan pemerintahnya, untuk bisa melewati perbedaan pendapat ini dengan penuh tanggung jawab terkait masalah tawanan warga Libanon untuk dibebaskan.
“Apa yang terjadi saat ini adalah hak wajar yang kami miliki. Ini adalah cara satu-satunya yang logis untuk bisa membebaskan tahanan kami yang ada di kerangkeng Zionis,” ujarnya.
Peristiwa pertukaran tawanan terakhir antara Hizbullah dan Israel terjadi pada tahun 2004, di mana empat orang serdadu Israel ditukar dengan 400 tahanan Libanon yang dikurung di penjara Israel. (na-str/iol)