Pejabat informasi Hizbullah, Ghasan Darwish, dalam perbincangannya dengan Islamonline meyakinkan kaum Muslimin bahwa perlawanan Islam Libanon telah merancang strategi ‘perang panjang’ untuk melawan Israel. Rentang strategi perang panjang ini, menurutnya bisa memakan waktu dua tahun.
Ia juga menyatakan bukan tidak mungkin rudal-rudal Hizbullah akan mencapai wilayah utara Israel, akan mencapai Tel Aviv di masa berikutnya.
Dengan gaya pengungkapan yang penuh keyakinan, sebagaimana gaya bicara pemimpin Hizbullah Hassan Nashrullah, Darwish juga menyebutkan tentang klaim Israel yang disebut telah menguasai Maron Rais dan wilayah Bint Jubail.
“Kami sedang melakukan perang darat non konvensional. Karena kami bukanlah tentara pemerintah, tapi kami menggunakan seluruh sarana, dan taktik militer yang disusun dengan melihat perkembangan musuh, lalu dengan memberi pukulan serangan yang bisa memberi kerugian telak. Seperti yang telah kami lakukan dalam sejumlah peperangan di Marun Ras dan Bint Jubail, musuh Zionis akan mengalami kerugian yang sama setiap mereka berupaya masuk ke wilayah kami. Kami memang mengharapkan artileri Israel masuk ke wilayah kami, meski kami tahu bahwa artileri mereka menggunakan persenjataan modern.”
Darwish melanjutkan bahwa pasukannya akan memperhatikan dan menanti perang darat terbuka dengan kesabaran. “Perang darat akan berlangsung secara imbang, meskipun Zionis menguasai udara,” ujarnya. Sementara tentang kemungkinan penggunaan rudal untuk menghantam Tel Aviv sebagaimana pernah diangkat oleh Hassan Nashrullah, Darwish mengatakan, “Kami sekarang masih pada fase awal peperangan. Hizbullah tidak akan mengungkap seluruh arsip peperangannya dengan rudal-rudal ke Tel Aviv bahkan lebih jauh dari itu.”
Masih menurut Darwish, “Perang Marun Ras adalah uji coba pertama yang cukup untuk pasukan Israel agar mereka tahu besar kerugian yang akan dirasakan mereka dari pejuang Hizbullah.” Enam prajurit Israel sedikitnya terbunuh dan lima tank Israel hancur dalam peperangan di Marun Ras, tiga hari lalu.
Kejutan-kejutan mendatang yang hingga kini masih dirahasiakan Hizbullah, menurut pejabat informasi Hizbullah mengatakan, “Pasukan kami masih dalam permulaan. Kami telah meletakkan strategi perang melawan Israel selama beberapa bulan, bahkan mencapai waktu satu hingga dua tahun. Kami punya kekuatan untuk bertahan dan kami masih memiliki sumber amunisi dan misil yang belum pernah dilihat orang-orang Israel.”
Tentang rincian rencana ini Darwish mengemukakan bahwa strategi yang dirancang meliputi aspek keamanan, sosial, militer, bantuan, termasuk langkah operasional lapangan, perang melawan musuh dan berbagai sarana komunikasi. "Sejumlah peperangan yang telah lalu melawan Israel membuat kami mampu mempelajari cara bergerak, infiltrasi dan menyingkap celah lemah musuh. Selanjutnya kami katakan bahwa kami sekarang memiliki persiapan lebih sempurna untuk menghadapi Israel ketimbang waktu lalu. Kami telah memiliki manajemen peperangan yang memadai,” tandasnya.
Darwish juga mengatakan pihaknya sudah memiliki kekuatan kontra intelejen yang seimbang melawan Zionis Israel. “Kami berhasil masuk dalam jaringan operasi dan koordinasi Israel, sementara Israel gagal total untuk sekedar mencapai target membunuh pemimpin Hizbullah,” ujarnya.
Sasaran berikutnya yang tekad Hizbullah adalah Tel Aviv. Darwish mengatakan, “Kami punya kemampuan memukul dan menyerang Tel Aviv bahkan lebih jauh dari Tel Aviv. Kami masih menyembunyikan banyak kejutan yang tidak pernah diduga oleh Israel. Kami telah memperoleh pengalaman bertahun tahun yang menyebabkan Israel tidak mampu mendikte kami.”
Sejak meletusnya peperangan tanggal 12 Juli lalu, Hizbullah telah membunuh 41 orang Israel, termasuk di dalamnya 22 orang prajurit. Sementara di pihak Libanon, telah gugur 413 orang sebagai korban serangan Israel, yang mayoritas adalah korban warga sipil dan jumlah pejuang Hizbullah yang gugur, sekitar 20 orang. (na-str/iol)