Di tengah kegelisahan sejumlah kalangan di Libanon akan munculnya pertikaian antar etnis menyusul aksi unjuk rasa yang digelar Hizbullah bersama aliansinya, Hizbullah dan para pendukungnya menyatakan akan terus berunjuk rasa sampai ada perubahan di pemerintahan. Mereka menjamin unjuk rasa akan berlangsung aman dan tertib, meskipun sudah jatuh satu orang korban dari kelompok oposisi akibat bentrokan kecil pada hari Minggu kemarin.
Kordinator aksi massa Hizbullah, Hussein Fadlallah dengan yakin mengatakan, "Tidak ada resiko kekerasan di sini. Tiap kali mereka membuat kamp baru, mereka membentuk tim keamanan untuk kamp baru itu."
"Istruksinya jelas," kata Fadlallah. "Bentrokan atau segala bentuk agresi dengan tegas dilarang."
Untuk mengawasi jalannya aksi massa, Hizbullah mengerahkan apa yang mereka sebut sebagai "Tim Disiplin." Mereka menggunakan jaket tebal dan topi baseball, berada di tengah-tengah pengunjuk rasa atau di sisi-sisi jalan yang posisinya agak tinggi dan membat barikade dengan pandangan mata tak lepas dari keramaian massa.
Tak seorangpun tahu berapa jumlah pasti "Tim Disiplin" Hizbullah yang dikerahkan, namun mereka terlihat di mana-mana.
Aksi massa Hizbullah dimulai pada Jumat (1/12) dan dilanjutkan hingga hari ini. Puluhan ribu massa ikut dalam aksi massa itu, mereka membawa bendera-bendera dan menyerukan agar pemerintahan yang berkuasa saat ini mundur.
Para pengunjuk rasa bahkan ada yang menggelar tenda-tenda yang dihiasi foto-foto pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, di lapangan-lapangan di dekat kompleks kantor pemerintahan. Mereka sengaja memilih tempat itu agar "pemerintah mendengar mereka."
"Tak masalah betapa marah dan frustasinya kami. Saat Nasrallah bicara pada kami, suaranya menenangkan kami," kata Majud Hamzi yang berdiri di baris depan massa yang berunjuk rasa.
Para pengunjuk rasa sendiri pada umumnya mengatakan menginginkan revolusi yang damai. Para ibu-ibu juga tidak mau ketinggalan. Mereka membuat kopi dan teh yang dihidangkan oleh para suami mereka untuk para pengunjuk rasa. Aksi massa jadi terlihat seperti sebuah pesta kecil layaknya pesta perkawinan atau pesta ulang tahun.
Tapi pemandangan paling unik terjadi pada hari kedua unjuk rasa, Sabtu (2/12). Sepasang pengantin dengan masih menggunakan busana pengantin mereka, hadir di tengah-tengah aksi unjuk rasa sambil melambai-lambaikan bendera Libanon.
"Pasangan itu lebih suka lapangan Riyad Al-Solh di Beirut Tengah (tempat aksi massa berlangsung) daripada hotel atau club untuk merayakan pesta perkawinan mereka bersama para pendukung kelompok oposisi," kata Ali Hamdan, salah seorang peserta aksi massa.
Para pengunjuk rasa menyatakan bertekad untuk menurunkan pemerintahan Libanon yang berkuasa saat ini, meski makan waktu lama.
"Kami akan tetap di sini sampai pemerintahan berganti," kata Bilal Taj sambil membawa gambar Hugo Chavez yang baru terpilih sebagai Presiden Venezuela dan menjadi simbol gerakan kiri di seluruh dunia. (ln/iol).