Hizbullah: Eksistensi Israel Diambang Kehancuran

Sekretaris Jenderal Hizbullah Syed Hassan Nasrallah membakar semangat para pengikutnya dengan mengatakan bahwa entitas rejim Zionis Israel tidak akan bertahan lama, dan sedang diambang kehancuran.

Syed Nasrallah mengungkapkan hal itu dalam aksi massa di kota Beirut, dalam peringatan 40 hari kematian Imad Mughniyah, salah seorang pimpinan Hizbullah yang tewas dalam serangan bom di Damaskus. Menurut Nasrallah, Perang Arab-Israel tahun 1967, bukanlah perang yang riil. Ia juga menuding media-media Barat dan sejumlah pimpinan negara-negara Arab telah membesar-besarkan perang tersebut, yang justru menguntungkan rejim Zionis Israel.

Hasan Nasrallah mengatakan, perang 33 hari antara Israel melawan Hizbullah di Libanon, membuktikan bahwa Israel cuma macan di atas kertas dan tidak mampu bertempur melawan kekuatan yang nyata yang dibangun Hizbullah. Selama beberapa dekade yang lalu, tambah Nasrallah, orang bertanya-tanya apakah ada yang mampu mengalahkan rejim Israel, dan hari ini Hizbullah menunjukkan pada dunia bahwa rejim Israel bisa dihancurkan.

"Saudara-saudaraku, bahkan di negara yang secara relijius beragam seperti di negara kita, 90 persen Muslim Sunni dan Syiah bersama dengan 77 persen umat Kristiani dan sekitar 68 persen Yahudi, dalam polling mengatakan bahwa mereka akan mendukung upaya untuk menumbangkan rejim Zionis, " tukas Nasrallah.

Ia juga mengatakan bahwa Israel telah melakukan kesalahan yang sama, yaitu membunuh para pejuang, kali in Imad Mughniyah, untuk melemahkan semangat perlawanan terhadap Israel. "Mereka (Israel) harus menyadari fakta, tentang kata-kata berharga Imam Khomeini yang pernah memberikan petunjuk pada kita untuk melakukan perlawanan suci. Khomeini pernah bilang, ‘bunuhlah kami, dan lihatlah kami, menjadi lebih kuat dari sebelumnya’. Saya bersumpah, darah Mughniyah tidak akan sia-sia, " tandas Nasrallah dalam pidatonya.

Nasrallah pun menyinggung ancaman yang dilakukan AS dan Israel terhadap Iran dan Suriah. Menurutnya ancaman itu tidak ada apa-apanya dan cuma perang psikis untuk melemahkan wilayah Timur Tengah. (ln/presstv)