Situasi tenang hari Sabtu (10/5) pagi setelah baku tembak selama tiga hari di ibukota Libanon, Beirut kembali terusik. Enam orang tewas ketika sekelompok orang bersenjata melepaskan tembakan ke arah kerumunan orang yang sedang melakukan prosesi pemakaman.
Para saksi mata mengatakan, sekitar 200 orang menghadiri pemakaman seorang pendukung pemerintah di pemakaman Jadideh, Beirut. Tiba-tiba sebuah mobil mendekat dan melepaskan tembakan ke arah kerumunan. Orang-orang berhamburan mencari perlindungan. Selain enam orang tewas, ada beberapa orang yang mengalami luka-luka dalam insiden penembakan tersebut.
Beberapa saat setelah insiden itu, Perdana Menteri Libanon Fuad Siniora menyatakan bahwa Hizbullah telah melakukan “kudeta bersenjata” terhadap pemerintahan Libanon dan pemerintah tidak bisa lebih lama lagi mentoleransi tindakan Hizbullah.
Dalam pidatonya di televisi, Siniora memerintahkan militer Libanon untuk melakukan tindakan pengamanan bagi negara. "Saya, sekali lagi menyerukan militer untuk melakukan pengamanan di seluruh area. Halangi kelompok-kelompok bersenjata dan sesegera mungkin menghalau mereka… agar kehidupan kembali normal, " kata Siniora.
Sebelum insiden penembakan terjadi, situasi Beirut sudah agak tenang. Warga sudah terlihat lalu lalang dan took-toko sudah ada yang buka. Kelompok oposisi yang selama tiga hari bertempur dengan kelompok pro-pemerintah dan berhasil menguasai Beirut Barat, sudah mulai menarik diri.
Pemerintahan koalisi di Libanon, juga menuding Hizbullah telah melakukan “kudeta bersenjata” untuk kepentingan Iran dan melibatkan kembali Suriah ke negeri itu.
“Kudeta bersenjata dan berdarah dilakukan dengan tujuan untuk membawa kembali Suriah ke Libanon dan untuk memperluas pengaruh Iran di Mediterania, ” demikian isi pernyataan koalisi 14 yang pro-pemerintah, dibacakan oleh pimpinan Pasukan Libanon Samir Geagea.
Pernyataan itu menegaskan bahwa mereka mendukung pemerintahan Siniora, militer Libanon harus melakukan intervensi untuk melindungi rakyat Libanon dan pemerintah harus segera melucuti senjata Hizbullah.
Geagea juga menyerukan negara-negara Arab serta dunia internasional agar ikut menekan Hizbullah atas “kudeta” yang dilakukannya.
Dukungan terhadap pemerintahan Siniora, juga ditegaskan oleh Amerika Serikat lewat menteri luar negerinya Condoleezza Rice. Rice menyatakan bahwa AS akan “memberikan dukungan yang dibutuhkan” untuk membantu Siniora menghadapi tindakan Hizbullah.
Atas krisis yang terjadi di Libanon, para menteri luar negeri Negara-negara Arab akan menggelar pertemuan darurat. Siaran pers Liga Arab menyebutkan, Dewan Liga Arab di tingkat menteri akan menggelar pertemuan darurat pada hari Minggu (11/5) untuk membahas krisis di Libanon dan mencari upaya penyelesaiannya.