Badan urusan pengungsi dunia-Internasional Organization of Migration (IOM) melaporkan, lebih dari 3.000 warga sipil di selatan Afghanistan meninggalkan rumahnya untuk mengungsi, menghindari serangan pasukan AS dan Taliban.
"Mereka takut, mereka ketakutan," kata Nasim Karim, bagian program IOM di Kandahar, Kamis (25/5).
Ia mengatakan, warga dari empat sampai lima desa di distrik Panjwayi, sekitar 33 kilometer ke arah barat Kandahar, terperangkap dalam pertempuran sengit antara pasukan AS dan Taliban.
"Jika mereka tidak membantu Taliban, mereka diancam. Jika mereka membantu, dari pihak lain (AS) mereka dibom dan ditembaki. Mereka tidak punya pilihan," ujar Karim.
Pasukan koalisi pimpinan AS melancarkan sejumlah serangan ke distrik Panjwayi untuk memburu apa yang mereka sebut sebagai ‘pengikut Taliban.’ Serangan-serangan itu memaksa sejumlah warga desa mengungsi dengan menggunakan truk-truk, traktor dan mobil dan membawa sedikit harta benda mereka, menuju ke selatan Kandahar.
Sejak AS melakukan serangan-serangan ke seluruh wilayah Afghanistan pada 17 Mei kemarin, lebih dari 400 warga sipil Afghanistan tewas menjadi korban. Namun pihak militer AS mengklaim sebagian besar yang tewas adalah para pejuang dan pendukung Taliban.
Seorang pengungsi dari Panjwayi bernama Abdullah Khan mengungkapkan, ia bersama anak-anaknya dan kaum perempuan di distrik itu berhasil menyelamatkan diri. "Masih ada Taliban di desa oleh sebab itu kemungkinan masih akan terus ada pengeboman," katanya.
Pada serangan hari Senin (22/5) lalu, serangan pasukan AS ke sebuah desa menewaskan sekitar 76 orang, sementara militer AS mengklaim yang tewas hanya 16 orang. Warga mengatakan, sebagian besar yang tewas adalah warga sipil termasuk anak-anak.
"Kami orang miskin, kami tidak bisa mencegah Taliban mengambil alih rumah kami. Kalau kami berusaha mencegahnya, mereka akan membunuh kami. Jika kami mendiamkan, orang Amerika akan membunuh kami," kata Haji Baqi, pengungsi lain.
Jika pertempuran antara Taliban dan pasukan koalisi pimpinan AS terus berlangsung, diperkirakan jumlah pengungsi akan terus bertambah.
Menurut Karim dari IOM, sejak jatuhnya pemerintahan Taliban, para pengungsi sudah banyak yang kembali ke tempat asalnya. Tapi sekarang banyak di antara mereka yang kembali mengungsi karena faktor keamanan.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai pada Kamis kemarin mengunjungi selatan Kandahar untuk menjenguk anak-anak yang terluka akibat serangan AS. Ia berjanji akan memberikan jaminan keamanan pada rakyatnya. "Saya bersumpah demi Tuhan, saya akan menciptakan keamanan buat kalian semua," kata Karzai.
"Tenanglah dan jangan khawatir. Saya akan menangani masalah ini. Saya sedang melakukan pembicaraan dengan dunia internasional, dengan negara-negara Islam dan dengan negara-negara besar," sambungnya.
Sejak berhasil menumbangkan pemerintah Taliban di Afghanistan, jumlah pasukan AS di negara itu kini mencapi 23.000 pasukan. NATO juga sudah menambah jumlah pasukannya dari 9.000 menjadi 16.000 pasukan sebagai persiapan serah terima tanggung jawab keamanan di selatan Afghanistan dari pasukan AS. (ln/iol)