Empat sekolah di kamp pengungsi Jabalia, kini menjadi rumah bagi ribuan warga Palestina dari distrik Al-Syeikh Zayed, utara Gaza. Mereka kini berlindung di sekolah-sekolah itu setelah menerima telepon dari militer Israel bahwa pemukiman mereka akan menjadi target serangan Israel untuk mencari para pejuang Palestina yang menembakkan roket al-Qassam ke wilayah Israel.
Mona Shaqoura mengatakan, ia memutuskan untuk mengungsi ketika pecahan bom-bom Israel menghancurkan kaca-kaca rumahnya.
"Kami semua sedang tidur lelap ketika sebuah bom atau roket… saya tidak tahu itu apa… menggetarkan apartemen kami. Anak laki saya terluka di bagian kaki kirinya akibat pecahan bom tersebut," kisah Mona.
Hal serupa dialami Fathi al-Sa’di. "Tiba-tiba, sebuah bom menghantam apartemen kami, tapi terima kasih Allah, bom itu hanya merusak pintu-pintu dan kaca-kaca jendela," ujarnya.
Dengan membawa apa yang bisa mereka bahwa, Sa’di dan keluarganya memilih meninggalkan apartemen dan tinggal di jalan agar selamat dari serangan. Mereka lalu pergi ke kamp pengungsi Jabalia yang terletak di utara distrik Syeikh al-Zayid.
Karen Abu Zayid dari organisasi bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA) mengatakan, stafnya berusaha menyediakan makanan dan pemondokan di sekolah-sekolah bagi ribuan warga Gaza yang mengungsi. Selaian makanan dan pakaian, UNRWA juga memberikan layanan konsultasi dan berusaha membantu anak-anak Palestina agar bisa beradaptasi di lingkungan yang berbeda dengan yang biasa yang mereka hadapi.
Menurut Abu Zayid, saat ini ada sekitar 1.345 pengungsi dari Gaza yang ditampung di sekolah-sekolah. Tiap kali truk-truk bantuan PBB datang membawa makanan dan air bersih, anak-anak di pengungsian berlarian sambil membawa wadah, tak peduli udara saat itu sangat panas.
As’ad Abu-Akel, sudah dua kali ini harus mengungsi. Pada tahun 2002 ia terpaksa meninggalkan proyek perumahan yang berada didekat pemukiman Israel, Netzarim. Menurut Abu-Akel, kehidupan para pengungsi di sekolah-sekolah ‘sudah tidak terhankan lagi.’
"Makanan tidak cukup, begitu juga dengan air bersih, pakaian, alas tidur, selimut dan ruang untuk pengungsi," ujar Abu-Akel menjelaskan kondisi pengungsian.
Pada saat yang sama, 30 keluarga dari distrik Al-Shoka, Rafah juga meninggalkan rumah-rumah mereka untuk menghindari serangan Israel yang sudah menewaskan 12 orang.
Abu Zayid mengatakan, jika pengungsi makin banyak dan mereka tidak bisa segera kembali ke rumah, UNRWA akan menggelar kampanye penggalangan dana untuk membangun rumah-rumah di wilayah yang relatif aman di Jalur Gaza.
Selain UNRWA, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) juga memberikan bantuan darurat bagi para pengungsi.
Juru bicara ICRC untuk Timur Tengah, Nada al-Doumani menyatakan, ICRC memberikan peralatan untuk keperluan higienis bagi 147 keluarga yang kini mengungsi di sekolah-sekolah di bawah perlindungan UNRWA.
Juru bicara kementerian dalam negeri Palestina, Dr Ghazi Hamad mengatakan, Israel sengaja membuat warga Palestina mengungsi agar mereka meninggalkan tanah-tanah mereka. "Kami masih membutuhkan dukungan dunia internasional untuk menghadapi bencana yang dilakukan oleh penjajah Israel," pintanya. (ln/aljz)