Hikayat Afghanistan, dan Kembalinya Taliban

Taliban bangkit kembali. Presiden Hamid Karzai gagal, dan 20.000 pasukan AS tambahan sedang menuju Kabul. Tapi apa tanggapan warga Afghan sendiri tentang negaranya?

Layaknya kebanyakan ibukota, Kabul berjalan dengan denyut nadi yang berbeda dengan provinsi-provinsi sekitarnya. Jika London dan Washington begitu progresif, begitu juga Kabul.

Perubahan dalam masyarakat Afghanistan selalu bermula dari Kabul. Taliban kini kembali menguasai Kabul, setelah sebelumnya terbuang karena mandat dan ambisi mantan Presiden AS, George Bush. Sedangkan 50 km dari Kabul, ada sepasukan tentara NATO dan AS. Apa tanggapan dan perasaan masyarakat Afghanistan selama ini?

Qurban Ali, penjaga kebun binatang, sekarang memburu burung sebagai salah satu makanan keluarganya. "Kebun binatang hancur semuanya. Sebagian besar binatang mati, kecuali burung dan singa." ujarnya.

Noor Akor sehari-harinya hanya bisa mendapatkan $3 dari kerjanya sebagai tukang cukup untuk mencukupi tujuh kepala dalam keluarga. Dia tinggal di sebuah bukit, tanpa listrik ataupun air bersih. "Saya pasti akan memilih presiden seorang Afghan, seseorang yang benar-benar peduli pada rakyat, yang akan memberikan ketenangan, keamanan dan kesejahteraan. Karzai punya 2 paspor dan 200 pengawal setiap kali ia pergi: Karzai bukan orang Afghan asli!"

Komandan Salah Mohamed, seorang petugas kepolisian, mengatakan bahwa salah satu masalah utama dalam militer Afghanistan sekarang ini adalah korupsi besar-besaran. Selain itu juga generasi muda Afghan berada dalam bahaya besar narkoba yang menyerang dimana-mana. Polisi banyak menangkap gang anak muda yang membawa heroin dan pistol AK-47. Mereka masih dalam usia sekolah namun tidak terdidik, dan tak punya pekerjaan.

Ebrahim Faizi seorang manajer hotel dan arsitek. Selama perang, ia selalu tinggal di hotelnya yang sejauh ini sudah kena serangan roket setidaknya 20 kali. Ebrahim mengungkapkan, "Saya tidak ingin presiden dengan dua kewarganegaraan. Saya ingin seseorang yang tahu penderitaan rakyatnya. Dia harus mengimplemnetasikan hukum untuk semuanya. Demokrasi tak akan pernah ada di negara ini, karena membolehkan seks bebas, dan mengizinkan seseorang menjadi gay. Saya suka demokrasi, tapi di Afhganistan, bagaimana meneraokannya?"

Akba, tentara selama 15 tahun, berkata, "Selama hidup saya, saya telah berjuang bersama mujahidin melawan Soviet. Banyak teman saya yang terbunuh."

Fahim Sadozi, kepala program sebuah televisi nasional di Afghanistan mengeluarkan pendapat, "Tak ada TV pada waktu Taliban berkuasa. Tapi sekarang, 80% orang Afghan menontonnya." Ariana, terlibat dalam seri kuis Who Wants To Be A Millionaire? di Afghanistan berpendapat, "Orang Afghan senang menonton televisi karena berada di luar selalu tidak aman!"

Afghanistan berpuluh-puluh tahun lamanya selalu berada dalam kondisi tak nyaman. Akankan ini berakhir? (sa/gdn)