Kebanyakan mualaf adalah keturanan Afro-Amerika yang tinggal di Honolulu. Mereka mengaku, sebelumnya tidak menganut agama apa pun. Beberapa di antaranya menemukan Allah SWT saat mereka berada di dalam tahanan atau sedang berjuang melawan ketergantungan terhadap obat-obatan dan alkohol.
Sedangkan, di wilayah West Coast lain lagi. Beberapa orang mualaf adalah anggota militer yang sebelumnya beragama Kristen.
Bila dilihat dari segi jenis kelamin, perempuan lebih banyak yang menjadi mualaf daripada pria. “Perbandinganya 1 : 4,” ujar Ouansafi.
Menurut dia, perempuan memang lebih religius dibandingkan laki-laki. Perempuan lebih mudah tergerak hatinya kepada agama daripada laki-laki karena mereka bersentuhan erat dengan proses kehidupan. “Mereka melahirkan dan memiliki anak,” katanya. Selain itu, Islam juga sangat melindungi dan menghormati hak perempuan.
Para mualaf itu umumnya mengaku, memilih Islam karena ini adalah agama yang rasional. Islam hanya mengenal satu Tuhan. Proses masuk Islam pun sangat mudah. Tidak ada seremoni pengislaman yang rumit dan mengandung unsur pemaksaan.
“Calon mualaf hanya diwawancarai mengenai pengetahuan dan alasan mereka berislam. Apakah mereka berislam dengan sukarela atau paksaan,” katanya. Lalu, mereka (calon mualaf) mengucapkan dua kalimat syahadat.
Meskipun populasi Muslim di Hawaii masih minoritas namun keberadaan Islam disambut hangat di sana. Salah satu buktinya, setiap 24 September, Hawaii merayakan Islam Day. Ide Islam Day diajukan ke Parlemen Hawaii pada 2009 dan disetujui.
Sebelumnya, Islam Day diajukan untuk diperingati pada 21 November. Namun, tanggal tersebut tidak disetujui karena pada tanggal yang sama penduduk Hawaii menggelar Festival Aloha. Maka, umat Islam setempat menggeser tanggalnya menjadi 24 September, hari ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.