Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah mengkritik para pemimpin Libanon yang telah bersedia menerima kedatangan PM Inggris Tony Balir ke negeri itu, pascaperang antara Israel dan Hizbullah.
Stasiun televisi Aljazeera, Selasa (12/9) menayangkan kritik keras Nasrallah yang ditujukan pada PM Libanon Fuad Siniora. "Anda membawa dia (Tony Balir) ke rumah saya dan pada keluarga saya, dan anda memberikan sambutan yang hangat?" kata Nasrallah.
"Jika memang ada undangan bagi Tony Blair untuk datang, maka ini merupakan bencana nasional," tegasnya.
Nasrallah mengatakan, Blair sudah ikut berperan dalam pembunuhan rakyat Libanon karena tidak cukup melakukan sesuatu untuk menghentikan perang Israel terhadap Hizbullah. Hal serupa diungkapkan oleh ratusan pengunjuk rasa di Libanon, yang memprotes kunjungan PM Inggris Tony Blair ke Beirut, hari Minggu (10/9).
Nasrallah juga mengatakan, kelompoknya selama ini sudah bersabar dalam menghadapi apa ia sebut sebagai provokasi dari sejumlah politisi yang mencoba menikam Hizbullah dari belakang.
Nasrallah nampaknya juga kesal dengan sikap pemerintah Libanon yang berupaya mendapatkan bantuan asing untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak akibat perang.
"Tidakkah orang-orang ini (para pejabat pemerintah Libanon) punya perasaan, perhitungan, otak dan hati? Apakah orang-orang ini terbuat dari batu di Libanon? Apakah negara ini tidak ada manusianya? apakah kami hanya hotel-hotel, jalan-jalan dan jembatan?" tanya Nasrallah.
Pada hari yang sama, salah seorang Kepala Deputi Hizbullah Syeikh Naim Kassim mengatakan bahwa pihaknya sama sekali tidak dihubungi oleh utusan PBB yang telah ditunjuk untuk membantu pembebasan dua serdadu Israel yang ditawan Hizbullah.
Menurut Kassim, negosiasi bagi upaya pembebasan serdadu Israel belum pernah dilakukan meski perang sudah berakhir selama satu bulan. Hizbullah menginginkan pembebasan serdadu Israel ditukar dengan pembebasan warga Libanon yang berada di penjara-penjara Israel.
"Kami mendengar dari media massa bahwa Sekjen PBB sudah menunjuk seorang utusan untuk melakukan negosiasi, tapi kenyataannya belum ada apapun yang dimulai hingga saat ini. Segala sesuatunya masih seperti semula dan operasi ini dalam prakteknya belum dilakukan," sambung Kassim.
PBB pada Minggu (10/9) menyatakan bahwa pihaknya sudah menunjuk seorang ‘fasilitator’ untuk melakukan negosiasi pembebasan serdadu Israel. (ln/aljz)