Lembaga Pengamatan Hilal, menetapkan tanggal 24 September 2006 bertepatan dengan hari Ahad, merupakan hari pertama bulan Ramadhan Mubarak.
Harian Quds Pers, melaporkan perkataan Ir. Muhammad Syaukat Audah sebagai kepala Lembaga Pengamatan Hilal, “Tidak tampaknya bulan di langit setelah matahari terbenam hari Jum’at (22/9) menyimpulkan mustahil hari Sabtu (23/9) sebagai awal Ramadhan. Prinsip seperti ini berlaku di semua negara yang mensyaratkan ru’yat hilal sebagai awal Ramadhan, meskipun dalam kondisi tertentu hilal tidak dapat terlihat. Hal ini dikaji melalui kajian ilmu falak.”
Terkait ru’yatul hilal bulan Ramadhan hari Sabtu 23 September, Audah menegaskan, bahwa proses ru’yatul hilal bisa dilakukan oleh para pemantau di Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika Utara, Afrika Tengah, dan Amerika Utara. Tapi ia menyampaikan hilal dapat lebih mudah dilihat dengan mata telanjang dari Afrika Selatan dan Amerika Selatan.
Selain itu ia mengatakan, “Dari sini kami perhatikan sulit melihat hilal di hari Sabtu. Maka dengan berlandaskan ru’yatul hilal sebagai awal bulan hijriyah, awal bulan Ramadhan tahun ini bertepatan dengan hari Ahad, 24 September di sebagian besar negara dunia. Sedangkan bagi wilayah wilayah yang tak dapat melihat hilal hari Sabtu, maka awal Ramadhan adalah 25 September 2006.
Lembaga Pengamatan Hilal didirikan tahun 1998 dan kini telah menghimpun kurang lebih 300 anggota dari para ulama falak dunia Islam. Tanggal 13-14 Desember mendatang mereka akan mengadakan konferensi di Abu Dabi, Emirat Arab. Dalam acara tersebut, mereka akan membicarakan berbagai problematika ru’yatul hilal, khususnya menyamakan penentuan awal bulan hijriyah di berbagai negara dunia. (na-str/iol)