“Hari Kemarahan” Mesir berubah menjadi pertumpahan darah mengakibatkan puluhan demonstran anti-kudeta dilaporkan tewas menghadapi tekanan kekerasan dari pemerintah rezim militer .
Bentrokan terjadi pada hari Jumat di ibukota, Kairo, dan kota-kota Samietta dan Ismailia, menyusul gugurnya 2,600 syuhada pada hari Rabu 14 Agustus.
Ikhwanul Muslimin telah menyerukan “Hari Kemarahan” setelah shalat Jumat untuk mendukung presiden terguling, Mohamed Morsi. Namun pawai tersebut berubah menjadi kekerasan, pasukan keamanan rezim melakukan tindakan kekuatan yang mematikan terhadap pengunjuk rasa karena dianggap sebagai ancaman negara.
Kantor berita Reuters, Jumat mengatakan delapan pengunjuk rasa gugur di kota Damietta, sementara empat orang gugur dalam bentrokan dengan pasukan keamanan di kota Mesir Ismailia, bagian utara di Kairo.
Di Kairo Aliansi Anti-kudeta termasuk massa Ikhwan, mengatakan sedikitnya 25 orang gugur dan ratusan lainnya terluka ketika pasukan keamanan menembaki dengan peluru tajam secara langsung terhadap barisan demonstran di Ramses Square. Angka-angka kematian belum dikonfirmasi secara lengkap , namun Al Jazeera mengatakan ia melihat aliran korban terluka dan beberapa jenazah datang bersambung sambung menuju rumah sakit lapangan di alun-alun.
Dan di jembatan 6 Oktober, pengunjuk rasa bernama Ahmed Tohami, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ada “genangan darah di jalan-jalan” akibat tembakan polisi terhadap demonstran.
“Orang-orang dewasa, wanita muda, wanita tua, anak anak diserang di jembatan . Kita diserang … tidak ada cara turun untuk selamatkan diri , ratusan ribu dari kita masih berada di jembatan . Mereka menyerang kami dari depan.. , mereka menyerang kami dari belakang. Kami tidak punya tempat untuk lari , ” ujarnya kepada Al Jazeera.
Di Alexandria, sementara itu, diperkirakan 10.000 orang berpartisipasi dalam demonstrasi damai , dan puluhan polisi berkumpul di sekitar gedung-gedung pemerintah.
Para pengunjuk rasa berbaris walau menghadapi peringatan pihak berwenang bahwa pasukan keamanan akan menggunakan kekuatan mematikan jika diprovokasi. Komandan Angkatan Darat memberi peringatan bahwa tentara akan menembak siapa pun yang menyerang gedung-gedung pemerintah.
Kementerian Dalam Negeri memerintahkan pasukannya untuk menggunakan peluru tajam ketika berhadapan dengan massa demonstran yang melakukan serangan terhadap pasukan keamanan atau lembaga bangunan. (Aljazeera/Dz)