Hari Ini Akan Menentukan Nasib Mubarak?

Pemerintahan Mubarak berada di titik nadir. Senin, kemarin, ratusan ribu rakyat Mesir turun ke jalan, dan menjadikan lapangan ‘Tahrir’ (kebebasan), yang berada di pusat kota Cairo, menjadi ‘epicentrum’ gerakan mereka.

Hari ini para pemimpin oposisi menyerukan aksi satu juta rakyat Mesir untuk turun ke jalan, dan menyerukan pemogokan total seluruh pegawai di negeri, agar Presiden Mubarak segera pergi dari nengeri Spinx itu.

Satu yang akan menjadi pukulan telak Mubarak, dan tidak akan bisa berkutik lagi, akibat aksi-aksi yang mengguncang Mesir, ekonomi negeri yang dibelah oleh Sungai Nil itu, hancur, dan mengalami krisis bahan kebutuhan pokok, seperti roti. Seminggu berlangsungnya aksi protes itu, membawa akibat yang sangat luas, terutama dibidang ekonomi, dan sekarang ini, di mana-mana rakyat harus ngantri roti.

Ragui Assaa, seorang ahli ekonomi dari Universitas Minnesota, mengatakan, "Potensi ambruknya (collapse) ekonomi Mesir sudah di depan mata", ucapnya. "Ini akan menjadi sempurna untuk mengakhiri rezim Mubarak. Situasi ekonomi ini sangat serius", tambahnya.

Apalagi, tanda-tanda keambrukan pemerintahan Mubarak itu, sudah didepan mata, di mana seluruh perwakilan diplomat yang ada di negeri itu, melakukan evakuasi warganya. AS membawa pulang ribuan warganya dengan menggunakan pesawat charteran maupun langsung pesawat yang dikirimkan oleh Washington. Israel telah mengakut ratusan orang Yahudi pulang ke Israel, dan mengosongkan kedutaan yang ada di Kairo. Negara-negara Uni Eropa telah memulangkan warganya dengan menggunakan pesawat khusus. Ini menandakan sudah tidak lagi kepercayaan terhadap pemerintahan Mubarak. Mereka merasa tidak aman lagi tinggal di Mesir.

Tentu, ada faktor yang akan ikut mempengaruhi, Presiden Obama, Menlu Hallary, dan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, sudah mengisyaratkan agar Mubarak memberikan peluang bagi transisi. Artinya, para pemimpin Amerika dan Eropa itu, tidak lagi memberikan dukungan kepada Mubarak, yang sudah ditolak oleh rakyatnya.

Wakil Presiden yang baru dilantik, tadi malam, sudah mengumumkan bahwa militer tidak akan menggunakan kekerasan terhadap rakyat yang melakukan aksi protes. Ini jelas kemampuan pemerintah semakin lemah. Mubarak melalui Wapres Omar Sulaeman menyerukan dialog dengan semua kekuatan oposisi, tapi tidak satupun kalangan oposisi yang memenuhi panggilan dialog itu.

Mubarak mengumumkan kabinet baru yang diisi para jenderal, dan menggganti menteri dalam negeri, yang paling dibenci rakyat Mesir, Habib al-Adly, tetapi tetap tidak memuaskan rakyat, yang sudah muak dengan Mubarak. Mereka tetap pada tuntutannya agar Mubarak, segera minggat dari Mesir. "Fir’aun itu harus segera pergi", ucap Faruk yang berada di lapangan Tahrir.

Menteri yang baru diangkat itu, menggambarkan Mubarak benar-benar ingin berlindung di balik baju militer. Menteri Dalam negeri yang baru menggantikan Habib Al-Adly adalah Mahmoud al-Wagdy, seorang mendapatkan kritikan keras oleh Human Right Watch, karena kekejaman dalam melakukan penyiksaan terhadap para tahanan. Mubarak mengangkat Menteri Pertahanan Mohamed Tantawi menjadi Wakil Perdana Menteri, di bawah Ahmed Shafiq. Semuanya menteri yang diangkat oleh Mubarak adalah jenderal. Ini hanyalah kepanikan Mubarak, yang sudah tidak mempunyai banyak pilihan.

Tentu yang lebih lucu lagi, Mubarak mengangkat Jenderal Mahmoud Al-Waqdy, yang pernah menjadi Kepala Investegasi Kriminal di Cairo, dan mantan kepala penjara. Tetapi, disaat krisis seperti sekarang al-Waqdy diangkat Mubarak menjadi menteri dalam negeri. Semuanya rakyat tidak ada yang memberikan respon yang positip dengan pergantian kabinet yang dilakukan Mubarak itu. "La’ Sulaiman, La’ Shafiq", sebuah poster yang dibawa seorang demosntran.

Seluruh yang terlibat dalam aksi Senin, kemarin, yang jumlah rarusan ribu itu, merupakan gabungan berbagai kalangan rakyat yang ada di Mesir. Mereka melakukan shalat di lapangan ‘Tahrir’ dan sebagaian mereka ada yang shalat di Masjid Mohandesseen. Inilah menggambarkan betapa aksi gerakan yang ada di Mesir, sangat beragam. Tentu, dalam gerakan yang sekarang tidak dapat dikesampingkan perang Ikhwanul Muslimin, gerakan yang paling solid di Mesir.

Aksi hari Senin, kemarin mengikutsertakan wanita, ibu-ibu yang menggunakan ‘cadar’, dan membawa anak-anak mereka. Mereka memenuhi jalan-jalan di Cairo, dan mereka meneriakkan, "Turun, turun, turun Mubarak. Tidak ada tempat untukmu, Mubarak".

Hari ini satu juta orang akan turun ke jalan-jalan untuk memaksa Mubarak segera mengundurkan diri. Para pemimpin oposisi, diantara Mohamed el Baradey, yang mengadakan pertemuan dengan para pemimpin gerakan akan menjadikan hari ini sebagai pamungkas gerakan mereka untuk menggulingkan Mubarak. (m/intt)

.