Hari-Hari Terakhir Pelaku Bom Bunuh Diri Humam al-Balawi

Dalam buku yang akan segera terbit berjudul, "Triple Agent", sebuah reportase yang dilakukan seorang reporter Washington Post, Joby Warrick, mengenai hari-hari terakhir Humam al-Balawi, seorang dokter anak, yang ternyata seorang agen intelijen Yordania, berhasil menyusuf ke dalam jaringan CIA.

Kemudian Humam al-Balawi sangat dipercaya oleh "Bos" CIA, dan masuk ke dalam markas CIA, tanpa harus dicurigai lagi. Selanjutnya melakukan pemboman "bunuh diri", yang menewaskan sembilan anggota dan termasuk pemimpin CIA, di basis CIA di Afghanistan timur.

Mula-mula CIA sangat yakin al-Balawi adalah "sumber yang sangat penting" seperti memiliki "tambang emas". Seorang informan rahasia yang telah berhasil menembus jaringan Al-Qaedah. Kelompok Al-Qaedah sebagai kelompok yang sangat ditakuti dan berbahaya. Al-Balawi diyakini akan membawa informasi yang sangat berharga bagi CIA tentang pemimpin kelompok teroris yaitu Usamah bin Laden.

Tapi Humam al-Balawi, seorang dokter anak yang berasal dari Yordania, ternyata sebagai mata-mata berbalik, yang sejatinya al-Balawi agent ganda. Sikap al-Balawi ini tidak pernah diketahui oleh pimpinan CIA. Sampai pria yang menikah dengan seorang wartawati Turki itu, membunuh agent dan pimpinan CIA di Afghansitan Timur.

Pada akhir 2009, beberapa bulan sebelum CIA menemukan tempat persembunyian Usama bin Laden di Pakistan, Balawi muncul untuk menawarkan kepada CIA sebuah informasi penting tentang tokoh No.2 al-Qaidah Ayman al-Zawahiri. Al Zawahiri termasuk musuh Amerika yang telah dianggap bertanggung jawab atas peledakan Gedung WTC di Manhattan New York.

Tetapi laporan yang mengejutkan dari dalam kamp teroris itu adalah bagian dari jebakan sangat rumit yang dilakukan al-Balawi, dan akhirnya mengakibatkan tewasnya sembilan agent dan pimpinan CIA yang melakukan operasi intelijen di Afghanistan timur. Ini pukulan telak terhadap CIA dalam seperempat abad ini.

Para anggota suku Pashtun dikenal sebagai penjahit bagi kepentingan anggota Al-Qaedah. Mereka tinggal di sebuah rumah dekat desa Datta Khel di daerah suku Waziristan Utara Pakistan. Di mana al-Balawi ikut hidup bersama dengan suku Pashtun membuat rompi bunuh diri.

Suatu pagi pertengahan Desember, al Balawi duduk di mesin jahit yang "antik" sudah tua, mengisi urutan rompi yang satu, dan sangat berbeda dari rompi yang biasanya dilakukan.

Al Balawi membuat rompi yang desainnya sederhana yang kuat dan handal serta murah. Dia mulai dengan rompi katun yang kokoh, seringkali banyak dijual dan dijumpai di pasar peralatan militer lokal, dan dengan tali tebal menempel, sehingga bisa aman menempel tubuh badan. Dia menambahkan kantong kain diisi dengan paket bubuk putih aseton peroksida, bahan peledak yang dapat diracik di rumah, dan menggunakan bahan-bahan umum.

Berikutnya lapisan pecahan peluru, yang terdiri dari ratusan paku atau potongan lain dari logam pada lembar tebal kertas, perekat yang ditambah dengan kain. Akhirnya, ia memasukkan tutup peledak dalam bubuk dan melekat ke kabel yang bersambung ke baterai sembilan-volt kecil dan detonator yang dapat dibeli dengan harga yang murah di pasar-pasar.

Bagian terakhir ia dijahit ke kantong terpisah yang ditutup dengan ritsleting. Itu untuk mencegah mereka yang muda serta terlalu bersemangat untuk menjadi martir dengan meledakkan diri yang bisa terlalu cepat. Satu detik atau dua detik dengan meraba ritsleting akan menyebabkan pelaku pembom bergerak lebih cepat kepada dengan target untuk memastikan pembantaian yang maksimum.

Pada suatu hari sekelompok anak muda Pakistan yang berhasil direkrut, beberapa dari mereka diangkat sebagai pelaku pembom bunuh diri di masa depan, berkumpul untuk mengikuti pelatihan bagaimana saat mereka harus bekerja.

Salah satu dari mereka mengambil foto dengan ponsel mengabadikan temannya yang akan menjadi pelaku bom bunuh diri, mereka sudah memasang rompi yang penuh dengan bahan peledak yang diletakkan di dada mereka. Mereka menunjukkan bahan peledak, dan membuat kejutan: "Rompi yang mereka pakai dengan bukan bubuk biasa, namun batang-batang dalam rompi itu, tak lain adonan dari bahan peledak militer yang dampak ledakan yang lebih kuat yaitu C4.

Al Balawi memijat tombol yang menghancurkan bangunan-bangunan yang ada. Ini sebuah contoh dari rencana yang akan mereka lakukan. Menyerang pasukan Nato. Mereka mulai berkemas dalam barisan dengan 13 kantong kain yang dijahit ke dalam rompi. Selanjutnya ia mencelupkan kuas ke dalam ember perekat industri dan mengoleskan lem putih di sebuah alun-alun besar di Afghanistan Timur.

Mereka para lelaki muda itu, kemudian dengan sabar, dan menggunakan rompi yang bertabur lembaran logam, sepotong demi sepotong, dan baris demi baris, bergantian dengan bantalan baja marmer ukuran bola dan kuku dan skrap, akhirnya, beberapa anak-anak menuju sasaran yang ingin mereka hancurkan. (bersambung)