Para aktivis di Arab Saudi menyerukan boikot barang-barang kebutuhan sehari-hari, tapi kali ini ajakan boikot itu bukan ditujukan untuk produk-produk Denmark atau Amerika untuk alasan politis atau agama, tapi sebagai bentuk protes atas kenaikan harga-harga barang yang terus menerus di negeri kerajaan itu.
Sejak awal tahun 2007, tingkat inflasi di Arab Saudi mencapai 2, 5 persen dan para ekonom memperkirakan inflasi akan meningkat menjadi 4, 1 persen pada tahun 2008. Tak heran jika harga-harga kebutuhan pokok membubung tinggi yang mendorong para aktivis menyerukan boikot yang disebarkan melalui SMS.
"Ini tentu saja merupakan reaksi yang wajar dari anggota masyrakat yang merasa tak berdaya untuk melakukan perubahan, terutama ketika ada apersepsi bahwa otoritas yang berwenang tidak cukup melakukan sesuatu untuk mengatasi keadaan dan mencegah terjadinya kecurangan dalam perdagangan, " kata Jafer Alkaisy, penulis bidang ekonomi dan pembawa acara "Economic Horizon" di televisi.
Banyak konsumen yang meyakini bahwa para pedagang lokal sengaja memanfaatkan situasi-yang dikaitkan dengan merosotnya nilai mata uang riyal akibat melemahnya mata uang dollar AS-dengan menaikkan harga barang dan jasa di atas batas yang bisa dijangkau. Masyarakat jadi tidak sabaran melihat kondisi yang makin menyusahkan mereka itu.
Alkaisy menyatakan, kenaikan harga-harga yang tak terkendali itu tidak bisa dibenarkan dan boikot diharapkan bisa membuat para pembuat kebijakan atau para pedagang bereaksi. Dalam dua bulan belakangan ini, muncul ajakan boikot disertai jenis-jenis produk yang harus diboikot, yang disampaikan melalui situs internet. Namun menurut para pedagang seruan boikot itu tidak efektif karena konsumen pada dasarnya tidak mau membeli barang alternatif yang harganya murah tapi kualitasnya kurang bagus.
Untuk memberikan arahan bagi masyarakat, pemerintah kota Riyadh membut buletin mingguan yang disisipkan di surat-surat kabar lokal, berisi indikator harga sejumlah produk. Asisten deputi pemerintahan kota Riyadh Abdulrahman Alzunaidi menegaskan, mereka akan mengenakan sanksi denda jika ada pedagang yang memberikan informasi palsu tentang harga-harga barang yang dijualnya, yang dimuat di buletin tersebut. (ln/arabnews)