Di Gaza segala telah berubah. Kehidupan ikut berubah. Sejak Hamas mengambil alih kekuasaan di Gaza tahun 2007, yang sebelum di pegang oleh Otoritas Palestina (PA) yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas.
Kehidupan nampak lebih Islami, dan segala berjalan dengan tertib. Blokade Israel dan Barat terasa pahit. Tetapi, tidak membuat Hamas menyerah dan mengakui Israel. Hamas tetap menegaskan bahwa Israel sebagai penjajah dan illegal.
Selama kekuasaan di bawah Otoritas Palestina (PA), kehidupan sangat sekuler, dan jauh dari pengaruh agama. Berbagai kekerasan diantara penduduk Gaza berlangsung, khususnya tindakan sewenang-wenang dari aparat keamanan Otoritas Palestina (PA), sampai seluruh Gaza di ambil alih oleh Hamas.
Perubahan yang paling mendasar kehidupan sehari-hari dikalangan rakyat Gaza, yang mulai nampak terlihat nilai-nilai Islam dalam segala kehidupan. Perlahan-lahan mereka dapat mengurai krisis akibat blokade Israel dan sekutunya. Mereka dapat mencukupkan kebutuhan mereka tanpa harus bergantung terhadap Israel.
Tentu, yang paling menarik, bagaimana pemerintahan Hamas membangun masa depan kehidupan rakyat Gaza, yang lebih bersumber dari nilai-nilai Islam, di mana anak-anak sejak dini sudah dididik untuk dapat membaca Al-Qur’an, memahaminya, dan menghafalnya. Setiap tahun pemerintah Hamas mewisuda anak-anak yang sudah selesai menghafal Al-Qur’an. "Kami akan menjadi Al-Qur’an sebagai hidu kami", ucap Ismail Haniyya. Perlahan-lahan dan sangat nyata, anak-anak di Gaza mereka telah menjadi penghafal Al-Qur’an yang baik.
Selama Ramadhan rumah-rumah dan masjid-masjid di seluruh Gaza menjadi tempat, yang paling ramai, suara orang membaca Al-Qur’an. Ini buah dari apa yang dilakukan oleh pemerintahan Hamas, yang mempunyai perhatian yang demikian besar terhadap anak-anak untuk dapat menghafal Al-Qur’an. Setiap sekolah hampir dapat meluluskan lebih dari 200 anak yang hafal Al-Qur’an.
Maka, Perdana Menteri Palestina di Gaza, Ismail Haneyya, selain mengutuk Pastor Terry Jones, yang menyerukan membakar Quran di Negara Bagian Florida, Amerika. Tetapi, Haniyya memberikan respon dengan mempersiapkan 40.000 penghafal Quran setiap tahunnya. Haniyya telah menjadikan kebijakan pemerintahannya untuk menghafal Al-Qur’an.
Selanjutnya, Haniyya mengatakan dalam khotbah Idul Fitri-nya bahwa proyek Zionis terus mengalami kemunduran, dan kemenangan rakyat Palestina semakin dekat daripada yang mereka pikirkan.
Haniyya menambahkan bahwa Otoritas Palestina di Ramallah telah melakukan tiga dosa selama bulan Ramadhan. Pertama, negosiasi langsung dengan penjajah Israel, dan a negosiasi itu ditolak dan tidak mendapatkan amanat dari rakyat Palestina sama sekali untuk bernegosiasi atas nama Yahudi.
Hanniya menyebutkan dosa kedua Otoritas Palestina adalah perang mereka terhadap agama dan masjid-masjid yang dianggap telah menjadi alat perlawanan terhadap penjajah Israel. Haniyya menegaskan kebijakan lyang memerangi masjid-masjid dan agama merupakan kebijakan seperti itu secara luas ditolak oleh rakyat Palestina.
Dosa yang ketiga, Haniyya mengatakan, adalah Otoritas Palestina (PA) yang bekerjasama dengan Israel telah memburu para pejuang di Tepi Barat. Tindkan ini bertentangan dengan keinginan rakyat Palestina, dan Haniyya menolak kebijakan tersebut dan bahwa pemerintahnya menolak koordinasi keamanan antara Otoritas Palestina dan penjajah Israel.
Dalam kesempatan ini, Hanniya mengucapkan selamat Idul Fitri kepada orang-orang Arab dan umat Islam umumnya. "Salam khusus kepada keluarga syuhada, tawanan dan mereka terluka, serta mereka yang rumahnya hancur oleh Israel."
Haniyya menyerukan kunjungan ke keluarga syuhada, tawanan yang terluka karena itu akan meningkatkan solidaritas dan memperkuat ketabahan keluarga-keluarga tersebut.
Haniyya menyerukan agar menghadapi kampanye Pendeta Terry Jones itu, hanya dengna memperbanyak kaum muslimin menghafal Al-Qur’an, yang akan menjadi perisai menghadapi Yahudi dan Nashrani, yang sangat memusuhi umat Islam.
+++
Dengan ini rubrik dialog sebelum kami tutup, dan kami mennyampaikan terima kasih atas partisipasinya.