Ismail Haniyah, Perdana Menteri Palestina yang dibubarkan sepihak oleh Presiden Abbas, berupaya terus menjalin komunikasi positif ke berbagai kepala negara Islam, khususnya di Timur Tengah.
Hari Rabu sore (12/9), Haniyah menghubungi sejumlah petinggi Arab untuk menyampaikan ungkapan selamat memasuki bulan suci Ramadhan. Ia juga menyampaikan harapannya agar kaum Muslimin di negara yang dipimpin mereka mendapat kedamaian, kesejahteraan dan kemajuan.
Sumber di kantor PM Palestina Haniyah menyebutkan bahwa Haniyah melakukan komunikasi telepon ke Presiden Sudan, Amir Qatar, Presiden Yaman, Menteri Umar Sulaiman. Dalam dialog via telepon itu, Haniyah menegaskan kesiapannya untuk duduk di depan satu meja dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas di mana saja tempatnya. Haniyah menyatakan tekadnya untuk bisa saling memahami dan mengembalikan kesatuan untuk rakyat Palestina.
“Peran bangsa Arab pun jelas sangat penting untuk mencari solusi bagi perselisihan yang ada di Palestina, ” ujar Haniyah. Dijelaskan pula kondisi terakhir di Palestina, terkait embargo dan penderitaan rakyat, khususnya di Ghaza yang hidup dalam kondisi sangat sulit. Selain itu, juga problem ditahannya honor pegawai negeri. Ada sekitar enam ribu rang pegawai negeri yang tidak mendapat gaji dari pemerintahan Fayadh yang bukan dipilih melalui pemilu, melainkan ditunjuk oleh Presiden Abbas.
Perbincangan juga menyentuh masalah ancaman terhadap negara Arab dari militer Zionis. Utamanya, Ghaza saat ini menghadapi ancaman besar serangan Zionis Israel, selain pengepungan dan aksi terorisme. Karenanya, Haniyah menegaskan pihaknya sangat berharap campur tangan negara Arab untuk turut menyelesaikan konflik ini, seperti Mesir, Saudi Arabia, Qatar, Sudan dan Yaman. “Solusi satu-satunya adalah dialog dan saling memahami. Semua masalah akan mungkin diatasi, dicarikan solusinya dan didialogkan, ” ujar Haniyah.
Haniyah juga melakukan komunikasi kepada sejumlah pemmpin Saudi dan menegaskan komitmennya terhadap konsensus Makkah sebagai basis pijakan untuk kembali pada kesepakatan yang pernah ada. Haniyah megaskan peran Mesir secara khusus dalam konflik yang ada di Palestina. Ia meminta Kairo untuk turut menjembatani pembukaan jembatan penyebarangan di Rafah yang selama ini ditutup dan memunculkan penderitaan bagi satu setengah juga warga Palestina yang hidup di Ghaza.
Umumnya para petinggi Arab yang melakukan komunikasi dengan Haniyah setuju, bahwa solusi untuk mengatasi konflik internal Palestina dalah dengan duduk dan dialog bersama. Mereka juga menyatakan dukungan akan terus berlanjut untuk mengatasi problem pemboikotan atas rakyat Palestina. (na-str/pic)