Tak bosan-bosan PM Palestina Ismail Haniyah menegaskan bahwa prinsip perjuangannya untuk membebaskan Palestina dari cengkraman penjajah Zionis Israel, takkan pernah berubah. Termasuk soal hak kembali para pengungsi Palestina yang diusir paksa sejak Zionis Israel menduduki kampung halaman mereka di tahun 1967.
“Hak kembalinya para pengungsi, adalah hak prinsipil yang tidak akan pernah tunduk untuk ditafsirkan atau dikaji lagi,” ujar Haniyah. Ia menandaskan, “Demi Allah bila seluruh isi bumi ini sepakat untuk menekan kami agar mundur dari masalah ini, kami tidak akan pernah mundur memperjuangkan hak kembali para pengungsi, selamanya.”
Ungkapan itu disampaikan Haniyah dalam ceramahnya di hadapan ribuan massa di kamp pengungsian Yarmuk, Selatan Damaskus, Suriah (4/12). Menurut Haniyah, tidak akan ada peta tanah air Palestina yang terlepas. “Tanah Palestina tidak akan terlepas. Benteng pertahanan takkan terebut. Mereka tidak akan mampu mencabut prinsip-prinsip perjuangan kami. Kami tidak akan mengajukan kata mundur dari hak-hak dan prinsip Palestina berapapun penderitaan dan rasa sakit yang harus menjadi tebusannya. Dan seperti apapun perang terbuka yang dilancarkan atas rakyat Palestina,” ujar Haniyah penuh keyakinan.
Hadir dalam pertemuan massal tersebut, sejumlah tokoh pimpinan Hamas dan tokoh pejuang Palestina, serta tokoh rakyat dan pemikir Suriah. Termasuk ribuan penduduk dan warga Palestina yang tinggal di pemukiman pengungsi Yarmuk. Kepada para pengungsi Haniyah mengatakan, “Palestina masih tetap berada dalam hati. Dan akan tetap ada sepanjang zaman. Penjajah tidak akan pernah mampu merubah benderanya. Musuh-musuh tidak akan bisa merusak keindahannya…. Kami katakan kepada kalian: Kami tidak akan melupakan Palestina. Kami tidak akan mundur sejengkalpun dari tanah air Palestina yang diberkahi.”
Haniyah lalu bercerita bagaimana kondisi Palestina sejak Hamas menerima tongkat kepenguasaan negeri itu. “Sejak kami menerima pemerintahan Palestina yang diperoleh lewat pemilu yang bebas dan bersih sesuai dengan prinsip Demokrasi, kami nyatakan di hadapan rakyat kami prinsip dan landasan apa yang akan menjadi perjalanan kita ke depan. Kami katakan, bahwa pemerintah Palestina, pertama, akan berjuang memelihara hak-hak dan masalah prinsip Palestina. Kedua, pemerintah akan tetap memelihara alternatif perlawanan terhadap penjajah Zionis Israel. Ketiga, kami akan memelihara semua proyek perubahan dan perbaikan. Keempat kami akan mulai bersama-sama membangun Palestina. Dan kelima, kami akan melindungi masalah Palestina dalam aspek ke-Araban, keIslaman, kemanusiaan dan kemerdekaan.”
Dari prinsip-prinsip itulah, kata Haniyah, kini pemerintahan Palestina berjalan. “Dalam beberapa bulan lalu kami menghadapi peperangan keras dan sulit hingga dampaknya dialami oleh saudara saudara kalian di Palestina dalam dimensi yang berbeda beda. Pertama, dalam dimensi blokade ekonomi dan keuangan. Kedua, dalam upaya marginalisasi politik terhadap pemerintahan yang terpilih, memutus semua hubungan dan komunikasi dari pemerintah kepada seluruh dunia Arab dan Islam. Ketiga, musuh Zionis terus melancarkan aksi pembunuhan terhadap para pemimpin dan kader perjuangan Hamas, menghancurkan rumah, merampas tanah, merusak kebun dan pepohonan, melakukan pembantaian, menutup perbatasan, membekukan dana milik rakyat dan lainnya.”
Meski demikian, Haniyah menegaskan bahwa tujuan musuh-musuh Zionis Israel tidak akan pernah terwujud. “Amerika pun tidak akan pernah berhasil untuk mewujudkan keinginan mereka dengan melakukan perang keji berbulan-bulan lamanya. Saya tidak akan memegang pena berbulan bulan untuk menandatangani sikap mundur atau mengakui legalitas penjajah Israel di Palestina,” tandas Haniyah. (na-str/pic)