Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniya, dalam rapat kabinet, Senin, sangat menyesalkan tindakan pemerintah Israel, yang melakukan penghancuran terhadap 88 rumah di Yerusalem, dan mendirikan pemukiman baru Yahudi, serta mengusir 1500 penduduk Palestina, yang berada di al-Bustan yang berdekatan dengan Masjidi al-Aqsha. Penghancuran rumah-rumah keluarga Palestina itu, tujuannya untuk melakukan yahudinisasi wilayah Yerusalem.
“Pemerintah mengutuk kejahatan rejim Zionis-Israel, dan menilai tindakan itu sebagai bentuk pembersihan etnis, yang sistematis terhadap penduduk Palestina yang tinggal di Yerusalem”, kata juru bicara pemerintah Taher al Nunu, di kota Gaza. Tindakan pengusiran terhadap penduduk Palestina, yang berada di dekat Yerusalem terus berlanjut, dan ini merupakan bentuk provokasi yang dilakukan Zionis-Israel, yang ingin menciptakan situasi tidak stabil di kawasan ini.
Memang, sejak zamannya Ariel Sharon, yang mengambil kebijakan secara sefihak, menutup pemukiman Yahudi di Gaza, dan kemudian Sharon memindahkannya ke Tepi Barat, termasuk di wilayah Yerusalem. Kebijakan Sharon itu ditentang oleh Netanyahu yang menolak keras penutupan pemukiman Yahudi di Gaza secara sefihak. Kini,sejak pemerintahan kanan berkuasa, dan semakin menguatnya pengaruh partai-partai kanan, maka gerakan pembangunan rumah-rumah Yahudi di Tepi Barat, semakin digencarkan, terutama di wilayah Yerusalem. Bahkan, pemerintah Israel telah mendorong agar kedutaan besar asing, yang ada di Tel Aviv dipindahkan ke Yerusalem.
Nunu mendesak pemerintahan baru AS untuk membuktikan kebijakan luar negerinya, yang lebih obijektif tidak selalu berfihak kepada Zionis-Israel. Nunu juga menegaskan bahwa pembangunan pemukiman Yahudi itu dapat memicu konflik yang lebih besar di Timur Tengah, khususnya di Palestina. Oleh karena itu, hendaknya pemerintah AS mau menekan pemerintah Israel agar menghentikan pembangunan pemukiman baru di Tepi Barat.
Sementara itu, pemerintah Palestina juga mengingatkan kepada seluruh pemimpin Arab dan kaum Muslimin, agar bertindak cepat untuk melindungi Masjidil al-Aqsha yang terancam kehancuran, akibat tindakan Israel yang terus melakukan penggalian di bawah tempat suci umat Islam itu. Rakyat Palestina dan seluruh elemen yang ada, bertanggung jawab menghadapi tindakan Zionis-Israel yang sangat tidak bermoral dengan melakukan pengrusakan tempat suci kaum Muslimin, yaitu Masjidil al-Aqsha.
Di Turki berlangsung jajak pendapat yang dilakukan sebuah stasiun TV nasional, yang mengadakan polling, yang dihadhiri juru bicara Hamas, Dr.Sami Abu Zuhri, menununjukkan 68% rakyat Turki mendukung Hamas, sedangkan sisanya 32% abstain. Selama acara berlangsung Dr.Zuhri juga menceritakan kondisi rakyat Palestina, yang berada di Gaza, yang sekarang menghadapi kesulitan akibat agresi militer yang dilakukan Israel. “Anak-anak, wanita, dan warga sipil, serta bangunan yang ada telah menjadi korban kejahatan Israel, selama agresi yang berlangsung 23 hari”, ucapnya.
Di negeri yang dipimpin Erdogan, hampir merata kesadaran rakyatnya terhadap agresi Israel di Gaza, dan mereka memberikan dukungan sepenuhnya Hamas, yang mereka nilai telah berjuang untuk membela rakyat Palestina. Rakyat Turki juga memahamai bahwa Hamas telah dipilih rakyat Palestina secara demokratis, dan melalui pemilu. Oleh karena itu, tidak selayaknya Hamas dikucilkan dan dianggap sebagai gerakan teroris, seperti yang dikampanyekan oleh rejim Zionis-Israel. (m/pic)