Sejak Hamas mengambil alih Gaza, perubahan yang mendasar dalam kehidupan terus nampak, khususnya dalam kehidupan di wilayah yang luasnya, tak lebih 45 kilometer persegi. Gerakan itu hanya membutuhkan waktu beberapa jam mengambil alih kontrol seluruh Gaza dari Otoritas Palestina (PA), yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas, di tahun 2007.
Wilayah yang sempit itu, yang sering disebut sebagai ‘penjara terbuka’, karena Gaza diblokade oleh Israel dan sekutu-kutunya, dan berpenduduk hampir 2 juta jiwa, sampai hari ini. Tapi, Hamas tak pernah tunduk terhadap segala tindakan Israel dan sekutu-kutunya. Termasuk tak mau mengakui keberadaan Israel, dan tetap berpendirian negeri Zionis itu, di mata Hamas sebagai penjajah dan ilegal.
Hamas sanggup menghadapi segala macam tindakan dari Zionnis Israel, termasuk adanya invasi (serangan) militer yang dilakukan negeri Zionis itu, di tahun 2008, yang lalu. Meskipun, menghadapi serangan militer yang sangat dahsyat, tak juga membuat Hamas bertekuk lutut. Justru Israel gagal mengalahkan Hamas, dan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, mengumumkan gencatan senjata secara sefihak, dan menarik pasukan tempurnya dari kota Gaza.
Kini, ketika peristiwa muncul di AS, di mana seorang Pendeta dari Florida, Terry Jones, yang berencana ingin melakukan pembakaran Qur’an, saat memperingati perisitwa 11 September, Perdana Menteri Palestina di Gaza, Ismail Haniyya, mengutuk Pastor Terry Jones. Tetapi, Hamas melakukan langkah-langkah yang sudah lama dilakukannya, yaitu dengan mencetak penghafal Al-Qur’an. Ismail Haniya menambahkan bahwa respon pemerintah Hamas di Palestina menghadapi peristiwa ini adalah dengan mempersiapkan 40.000 penghafal Quran.
Haniyya mengatakan dalam khotbah Idul Fitri-nya bahwa proyek Zionis terus mengalami degradasi dan kemunduran disegala bidang, dan Haniyya yakin kemenangan rakyat Palestina lebih dekat daripada yang mereka pikirkan.
Haniyya menambahkan bahwa Otoritas Palestina di Ramallah telah melakukan tiga dosa selama bulan Ramadhan. Yang pertama, negosiasi langsung dengan pendudukan Israel, dan bahwa negosiasi itu ditolak dan tidak diamanatkan oleh rakyat Palestina sama sekali untuk bernegosiasi atas nama mereka.
Hanniya menyebutkan dosa kedua Otoritas Palestina adalah perang mereka terhadap agama dan masjid-masjid dan mengatakan bahwa kebijakan seperti itu secara luas ditolak oleh rakyat Palestina.
Adapun dosa yang ketiga, dia mengatakan, adalah memburu para pejuang di Tepi Barat, menekankan bahwa rakyat Palestina menolak kebijakan tersebut dan bahwa pemerintahnya menolak koordinasi keamanan antara Otoritas Palestina dan pendudukan Israel.
Dalam kesempatan ini, Hanniya mengucapkan selamat Idul Fitri kepada orang-orang Arab dan umat Islam umumnya. "Salam khusus kepada keluarga syuhada, tawanan dan mereka terluka, serta mereka yang rumahnya hancur oleh Israel."
Haniyya menyerukan kunjungan ke keluarga syuhada, tawanan yang terluka karena itu akan meningkatkan solidaritas dan memperkuat ketabahan keluarga-keluarga tersebut. Banyaknya para penghafal Al-Qur’an yang disiapkan pemerintahan Hamas, dan terus mendidik anak-anak untuk menghafal dan memahami Al-Qur’an sebagai langkah strategis dalam kehidupan, dan masa depan rakyat Palestina, khususnya dalam menghadapi makar kaum Yahudi dan Nashrani.
++++
Dengan ini rubrik dialog sebelumnya kami tutup, dan kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi para pembaca.