Penyanyi rap AS keturunan Puerto Rico Hamza Pérez dan sutradara pemenang Emmy Award Jennifer Maytorena Taylor menghadiri pemutaran film mereka berjudul "New Muslim Cool".di aula Graduate Student Lounge di Kampus College Avenue.
Film tersebut mengisahkan pengalaman Pérez menjalani kehidupan sebagai mualaf, yang memberikan pemahaman bagi masyarakat AS yang antipati terhadap Islam dan Muslim. "Film ini tentang seseorang bersikap bodoh, dan ia menyadari kebodohannya setelah mempelajari karakter Nabi Humammad, ternyata saya sangat jauh dari karakter Rasulullah yang indah itu dan betapa rendahnya perilaku saya dibandingkan perilaku yang dicontohkannya," kata Pérez.
Sejak ditayangkan pertama kali di PBS "Point of View" pada tahun 2009, "New Muslim Cool" menerima berbagai penghargaan antara lain penghargaan Freedom Award dalam festival film dokumenter internasional yang diselenggarakan stasiun televisi Al-Jazeera.
Profesor tamu jurusan sosiologi di Universitas College Avenue, Robyn Rodriguez memuji pengalaman Pérez yang diangkat ke film tersebut. "Pengalamannya masuk Israel dan apa yang telah dikerjakannya menjadi jembatan bagi banyak orang, mulai dari keluarganya sampai masyarakat yang lebih luas," puji Rodriguez.
"Ada sesuatu yang penting dalam hal ini, karena saya pikir, kita hidup dalam konteks dimana ada rasa ketakutan yang tidak irasional tentang Islam, dan itu masih berlanjut hingga sekarang," sambungnya.
Pérez mengungkapkan, FBI pernah mengawasinya karena ia bekerja di sebuah pusat kegiatan anak muda di Massachussets dan di tempat itu banyak anggota "geng" anak muda yang masuk Islam setelah mengetahui Pérez masuk Islam.
"Kita semua memiliki komunitas di Massachussets. Setidaknya ada lebih dari 55 orang yang masuk Islam. Kami lalu pindah ke Pittsburgh untuk membentuk sebuah komunitas Muslim," kata Pérez yang sebelumnya menjalani kehidupan sebagai penjual narkoba.
Ia masuk Islam setelah mengenal seorang muslim. Setelah melewati masa jatuh bangun, Pérez mengakui bahwa dalam Islam ia menemukan kebahagiaan yang hakiki. "Saya merasa, inilah tanggung jawab saya untuk datang ke komunitas yang sama dan membantu untuk mengubah mereka. Makanya, saya mulai menjadi sukarelawan di komunitas-komunitas anak muda yang bermasalah," ujar Pérez yang mengubah prioritasnya, dari musik ke keluarga dan kehidupan religiusnya setelah kisah hidupnya diangkat ke layar lebar.
Sebagai orang America keturunan Puerto Rico, ia mengakui tidak menemukan konflik antara karakter orang Puerto Rico pada umumnya dengan agama Islam. Orang Puerto Rico, kata Pérez, memiliki dua karakter; spiritual dan revolusioner yang menentang penindasan dan membela orang-orang miskin.
"Ketika Anda menggabungkan dua karakter ini dari seseorang yang berjiwa spiritual dan selalu membela orang-orang yang lemah, maka Anda sudah mendapatkan karakter Nabi Muhammad," tukasnya.
Sebelum filmnya dibuat, Pérez membuat kesepakatan dengan Taylor bahwa ia tidak akan melibatkan diri dalam proses penyuntingan film karena khawatir keterlibatannya akan mengubah jalan cerita filmnya.
Pérez yang mengaku sebagai orang lebih suka menyendiri itu mengatakan, ia sebenarnya tidak nyaman berakting di depan kamera, tapi ia berharap kisah hidupnya bisa menjadi inspirasi bagi kalangan masyarakat marginal yang masih memiliki jiwa spiritualitas.
Catherine Torres dari School of Arts and Sciences menyatakan, "New Muslim Cool" adalah peluang yang bagus untuk belajar lebih jauh tentang budaya Islam. "Lewat film ini, Anda belajar bagaimana cara mendidik Anda sendiri tentang budaya Muslim. Dan saya pikir, setiap orang selayaknya belajar tentang hal ini karena masih ada stereotipe negatif tentang Islam dan stereotipe itu tidak benar, tidak semua muslim ekstrimis," tandas Torres. (ln/isc)