Akhirnya Hamas memutuskan untuk memilih Ismail Haneyyah sebagai perdana menteri Palestina, di mana Haneyyah akan segera membentuk kabinet setelah Dewan Legislatif Palestina yang baru dipilih diresmikan pada sidang Sabtu (18/2) mendatang. Sementara itu, sumber Al-Hayah di London menyebutkan bahwa Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice dikabarkan siap melakukan kunjungan ke Timur Tengah untuk melakukan pertemun-pertemuan terkait masa depan Palestina pasca kemenangan Hamas.
Sumber-sumber di London menambahkan, Mesir akan menjadi persinggahan pertama Menlu AS itu. Selain itu, sejumlah negara Arab seperti Riyadh telah dikontak Rice untuk melanjutkan program kunjungan yang sebelumnya berkaitan dengan wilayah-wilayah Otoritas Palestina dengan Zionis Israel.
Lebih lanjut sumber itu mengatakan, bisa jadi Rice akan mampir ke Beirut untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan konferensi negara-negara donor yang rencananya akan digelar tak lama lagi di Libanon.
Dari pihak Zionis Israel diperoleh informasi bahwa Israel terus melancarkan gerakan diplomasinya untuk mengokohkan ‘front penolakan internasional’ terhadap Hamas. Namun gerakan front itu diarahkan agar tak terlalu menyerang Rusia, yang oleh Israel dinilai sebagai negara sahabat. Namun pihak Israel meminta agar AS mengintervensi Moskow agar tak keluar dari ‘garis internasional’ dalam berinteraksi dengan Hamas.
Terkait dipilihnya Ismail Haneyyah sebagai orang nomor satu di pemerintah Palestina, Al-Hayat menyebutkan, di Ghaza, Haneyyah telah menyatakan program-program yang mirip sebagai program politiknya Hamas dalam kabinet Palestina yang baru nanti.
Selanjutnya Haneyyah mengatakan, ”Kami akan mulai melakukan konsultasi-konsultasi terkait pembentukan kabinet dalam dua hari mendatang dengan semua faksi, termasuk Fatah.”
Haneyyah menjelaskan, ”Hamas lebih memilih kabinet persatuan nasional yang dasarnya profesionalisme. Ada empat agenda utama di mana gerakan (Hamas) ini tengah berupaya untuk meraih itu dalam kabinet yang baru, yaitu berkaitan dengan politik, ekonomi, keamanan dan rekonsiliasi.”
Haneyyah juga mengatakan bahwa cara pandang politik Hamas sudah jelas, yaitu tidak akan menyerah terhadap ancaman-ancaman internasional dan tak akan mengakui keberadaan Israel.
Sementara agenda untuk dalam negeri, Hamas memandang perlu adanya kerja sama antara semua kekuatan Palestina.(ilyas/alhyh)