Hamas Tolak Syarat Israel untuk Gencatan Senjata

Hamas dengan tegas menolak persyaratan yang diajukan rejim Zionis Israel untuk mewujudkan gencatan senjata di wilayah Jalur Ghaza. Dalam negosiasi gencatan yang dimediasi Mesir, rejim Zionis Israel meminta agar prajuritnya yang ditawan pejuang Palestina dibebaskan sebagai bagian dari paket kesepakatan gencatan senjata.

"Siapa pun yang berpikir bahwa Shalit akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan periode tenang, adalah salah besar, " kata Mahmud Zahar, salah satu pimpinan senior Hamas di Kota Ghaza.

"Masalah pertukaran tawanan adalah masalah yang terpisah dengan pembicaraan untuk mewujudkan masa tenang, " tukas Zahar.

Gilad Shalit adalah prajurit Israel yang ditawan pejuang Palestina saat penyerbuan di dekat perbatasan Jalur Ghaza pada Juni 2006. Para pejuang Palestina menawarkan pembebasan Shalit dengan pembebasan 11 ribu warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel. Namun rejim Zionis Israel menolak tawaran pertukaran tawanan itu.

Pada 30 April kemarin, 12 faksi pejuang di Palestina menyatakan menerima draft proposal gencatan senjata antara Israel dan pejuang Palestina yang diajukan Mesir. Dalam proposal itu disebutkan, jika Israel menghentikan operasi militernya ke Jalur Ghaza dan mencabut blokade di Jalur Ghaza maka faksi-faksi pejuang Palestina akan menghentikan tembakan roketnya ke wilayah Israel. Masa gencatan senjata itu, jika disekapati, akan berlaku selama enam bulan.

Namun, ketika utusan Mesir yang menjadi mediator menyampaikan draft tersebut ke pihak Israel, rejim Zionis Israel meminta agar pembebasan Shalit dimasukkan dalam draft kesepakatan tersebut. Hamas menolak mentah-mentah permintaan Israel itu.

"Hamas sudah memberikan semua yang diperlukan untuk memastikan suksesnya upaya perdamaian yang dilakukan Mesir, dan sekarang bolanya ada di pihak Israel. Kalau Israel tidak setuju dengan gencatan senjata, semua kemungkinan terbuka bagi kami, " tandas Sami Abu Zuhri, juru bicara Hamas.

Sementara itu, seorang pejabat Israel mengingatkan pemerintahnya bahwa citra Israel di mata dunia akan jatuh jika menolak usulan gencatan senjata dengan Palestina. Pada surat kabar Israel Haaretz, pejabat yang tidak mau disebut jati dirinya mengatakan, "Israel tidak punya legitimasi untuk berkata ‘tidak’, bahkan jika tidak semua komponen kesepakatan bisa diterima oleh kita."

Israel nampaknya tidak berniat berdamai dengan Palestina. Pada tahun 2005 lalu, Israel juga menolak tawaran gencatan senjata yang ditawarkan Palestina. Dan sampai hari Selasa kemarin, Israel masih terus melancarkan operasi militernya ke Jalur Ghaza. Di kota Khan Younis, pasukan-pasukan Zionis itu membunuh seorang warga Palestina dan melukai tiga warga lainnya. (ln/iol)