eramuslim.com – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan faksi pembebasan Palestina hari ini menyetujui proposal gencatan senjata dengan mediator Qatar-Mesir-Turki.
Wakil Ketua Hamas, Dr Khalil Al Hayya menginformasikan rincian proposal yang mereka terima dengan Jaminan AS. Di antara isinya adalah gencatan senjata diusulkan AS selama 6 minggu.
Ada sebanyak 3 fase dalam perjanjian, dimulai dengan perjanjian gencatan senjata selama 42 hari, orang yang diculik, termasuk tentara, akan dibebaskan oleh Hamas, adanya pembebasan tahanan Palestina di penjara ‘Israel’ (nama dan nomornya belum disepakati) dan pemulangan pengungsi.
Menurut Gulf Times, kesepakatan yang diterima Hamas awalnya disetujui penjajah ‘Israel’ hingga 2 hari lalu. Satu-satunya perubahan yang diinginkan Hamas adalah dimasukkannya kata-kata yang dapat dianggap sebagai “gencatan senjata tanpa batas waktu dan penghentian pertempuran.”
Para analis politik melihat proposal ini sabagai bentuk kecerdasan Hamas dan pukulan besar bagi Benyamin Netanyahu, yang akan mengharuskannya mengalami kekalahan politik besar jika dia menyetujui atau menolak proposal tersebut.
Sementara Hamas dan faksi perlawanan telah menyetujui proposal gencatan senjata, reaksi berbeda datang dari Kabinet perang ‘Israel’.
Mengutip pernyataan dari kantor Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu Kabinet Perang ‘Israel’ dengan suara bulat menyetujui operasi militer di Kota Rafah di Gaza selatan pada Senin malam.
“Kabinet Perang dengan suara bulat memutuskan malam ini bahwa ‘Israel’ akan melanjutkan operasinya di Rafah, untuk menerapkan tekanan militer terhadap Hamas guna mempercepat pembebasan tahanan kami dan mencapai tujuan perang lainnya,” bunyi pernyataan tidak lama setelah Hamas menerima proposal Mesir-Qatar-Turki mengenai gencatan senjata guna menghentikan pembantaian di Gaza.
Kantor Netanyahu mengatakan proposal Hamas “jauh dari tuntutan penting ‘Israel’,” namun ‘Israel’ akan mengirim tim perunding ke Mesir.
Reaksi kemarahan dari ‘Israel’ muncul setelah persetujuan Hamas. Keluarga tahanan memblokir jalan dan mendesak Netanyahu segera menyetujui tawaran Hamas.
Keluarga para tahanan penjajah berdemonstrasi di depan markas Kementerian Angkatan Darat ‘Israel’ “Kirya” di Tel Aviv. Mereka mencoba mengadakan demonstrasi massal untuk menuntut persetujuan pemerintah penjajah terhadap perjanjian tersebut.
Saluran berbahasa Ibrani Kan mengatakan puluhan demonstran menutup jalan-jalan utama di kota Beersheba, menuntut persetujuan kesepakatan pembebasan tawanan.
“Hamas menyetujui kesepakatan itu, dan sekarang saatnya mengembalikan mereka kepada kami, jika tidak kami akan membakar ‘Israel’,” katanya Ibu tawanan ‘Israel’, Tsingukur, kepada Hebrew Channel 12.
Sumber lain di kabinet penjajah mengatakan bahwa persetujuan Hamas dianggap sebagai tipuan untuk menunjukkan ‘Israel’ sebagai pihak yang menolak kesepakatan tersebut.
Hebrew Channel 13 mengutip pejabat penjajah, bahwa Hamas telah menyetujui rancangan undang-undang Mesir yang lebih lunak dan tidak dapat diterima oleh ‘Israel’.
Sementara itu, Jurnalis Anas Hassan menyatakan, persetujuan Hamas akan menyulitkan posisi Benyamin Netanyahu. “Netanyahu berada dalam masalah. Jika dia menyetujui proposal tersebut, dia akan kehilangan haknya dan jatuh. Jika dia berperang, dia akan kehilangan dukungan internasional dan jatuh,” katanya dikutip Palestine Information Centre (PIC).
Di saat yang sama, ribuan warga Gaza di perbatasan Rafah turun jalan merayakan pengumuman Hamas dan faksi pembebasan Palestina terkait gencatan senjata. (sumber: Hidayatullah)