Meski paling dikhawatirkan keterlibatannya dalam pemilu disebabkan pilihan perlawanannya untuk mengusir pendudukan Israel, tapi Hamas ternyata tidak mencantumkan penghancuran Zionis Israel dalam butir-butir agendanya pada pemilu. Hari Sabtu (14/1) Hamas mendeklarasikan sejumlah program yang mereka namakan at-tahyiir wa al-ishlaah, atau perubahan dan perbaikan, untuk pemilu 25 Januari yang akan datang. Dan dalam program tersebut, Hamas tidak menyebutkan proyek penghancuran Israel sebagaimana yang terdapat dalam piagam pendirian Hamas.
Sejumlah pakar politik Timur Tengah memandang bahwa Hamas mulai mengalami perubahan orientasi perjuangan untuk memasuki pemilu pada bulan ini. Menurut mereka, tidak mungkin Hamas lupa mencantumkan agenda penghancuran Israel dalam program, mengingat selama ini, justru Hamas sangat keras dalam memegang prinsip penghancuran Zionisme Israel yang menjajah Palestina. Tapi para pemimpin Hamas menolak pernyataan tersebut.
Dalam situs harian Daily Teleghraph pada hari Sabtu disebutkan bahwa Hamas telah menetapkan program politik untuk menyongsong pemilu mendatang, dengan sikap menerima wilayah yang selama ini telah dipetakan oleh pendudukan Israel sejak tahun 1967 untuk mendirikan Israel dengan ibukotanya Jerussalem. Menurut harian Inggris itu, “Deklarasi program Hamas itu berlawanan dengan piagam pendirian Hamas pada tahun 1988, yang mencantumkan penghancuran Israel, dan berupaya untuk melenyapkan Israel, serta tidak mengakui negara Israel di Palestina, sama sekali, daratan maupun lautannya.”
Sementara dalam program pemilu Hamas tercantum, “Sesungguhnya rakyat kami Palestina masih hidup dalam situasi pembebasan dan pemerdekaan bangsanya. Mereka mempunyai hak untuk memperoleh kembali apa yang telah dirampas oleh penjajah, dengan menggunakan segala cara, termasuk perlawanan dan angkat senjata. Kami akan mengerahkan semua kemampuan kami untuk mendukung perjuangan rakyat kami, menyediakan semua alternatif yang mungkin untuk menghancurkan penjajah lalu mendirikan negara Palestina dengan Al-Quds sebagai ibukotanya.”
Sementara itu, Same Abu Zuhri, jubir Hamas menolak keras adanya perbedaan antara program pemilu dengan piagam pendirian Hamas. Kepada Islamonline, ia mengatakan, “Program yang telah ditetapkan itu adalah tentang tahapan rinci dan sarana implementasi perjuangan Hamas untuk empat tahun mendatang, sesuai masa kerja parlemen. Sementara apa yang terdapat dalam piagam pendirian Hamas adalah program strategis yang permanen…. Jika kami cantumkan program penghancuran Israel dalam rencana kerja empat tahun, berarti kami membohongi rakyat kami.” Ia menambahkan, bahwa piagam Hamas akan tetap dan tidak pernah berubah.
Menurut pengamat politik Palestina, Mu’min Baseso, apa yang dilakukan Hamas sudah tepat, dan mereka sudah sepakat tidak mencantumkan agenda penghancuran Israel untuk menyongsong pemilu legislatif. “Rangkaian strategi yang termasuk dalam kerangka visi jangka panjang tidak dimasukkan dalam program pemilu yang hanya bernuansa waktu beberapa tahun saja.” (na-str/iol)