Menteri Dalam Negeri Palestina memberlakukan kondisi darurat menyusul pertempuran antara pejuang Palestina dan Israel yang menewaskan 17 warga Palestina dan seorang tentara Israel, Kamis (6/7). Pemerintah Palestina juga sudah menginstruksikan aparat keamanannya untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan Israel di Gaza.
Khalil Abu Hilal, salah seorang menteri dari Hamas dalam keterangan persnya menyatakan bahwa Menteri Dalam Negeri Said Seyam sudah mendeklarasikan kondisi darurat di Palestina.
"Karena berlanjutnya pertumpahan darah dan kejahatan Israel, menteri dalam negeri beberapa jam yang lalu menyatakan kondisi darurat penuh di dalam negeri," ujar Hilal.
"Beliau (Seyam) menyerukan pada semua aparat keamanan dan militer Palestina untuk berpartisipasi dalam kewajiban moral, nasional dan relijius untuk membela rakyat kita…dan melakukan perlawanan terhadap serangan dan agresi Zionis yang pengecut ini," tegasnya.
Persoalannya, meski aparat keamanan berada di bawah kontrol pemerintahan Hamas, mayoritas anggota pasukan lebih loyal pada Presiden Mahmud Abbas dan gerakan Fatah, dan hanya Abbas lah yang punya otorisasi untuk menyatakan kondisi darurat.
Serangan Israel Tewaskan Warga Sipil Palestina
Israel melakukan serangan ke Gaza sejak satu pekan kemarin setelah seorang serdadunya dinyatakan hilang dan diduga ditawan para pejuang Palestina. Militer Israel menyatakan bahwa pasukannya akan terus berada di Gaza sampai misi mereka membebaskan serdadunya selesai.
Serangan-serangan Israel ke Gaza sempat dibalas oleh pejuang Palestina dengan tembakan roket ke kota Ashkelon, wilayah Israel. Israel bukan hanya melakukan serangan untuk menekan Palestina, khususnya pemerintahan Hamas. Pasukan Zionis itu juga menangkapi dan menawan menteri-menteri, anggota parlemen dan pejabat pemerintahan Palestina dari Hamas.
Sementara itu, PM Palestina Ismail Haniyah, Kamis kemarin menyempatkan diri menjenguk warga Palestina yang menjadi korban serangan Israel di rumah sakit di Gaza. Haniyah menyebut serangan Israel itu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan ‘upaya putus asa Israel yang ingin menjatuhkan pemerintahan Palestina.’
Saksi mata dan petugas medis mengungkapkan, dari sejumlah serangan hebat Israel pada Kamis kemarin, serangan di dekat kota Bait Lahiya di utara Gaza menyebabkan enam warga sipil Palestina tewas.
Militer Israel lewat juru bicaranya mengaku melakukan dua serangan udara yang ditujukan pada kelompok militan bersenjata di wilayah itu dan berhasil menewaskan empat orang. Jubir militer Israel sama sekali tidak menyebut adanya korban di pihak warga sipil.
Bait Lahiya memang dikenal sebagai lokasi pertempuran dan kerap digunakan oleh para pejuang Palestina sebagai lokasi untuk menembakkan roket anti tank pasukan Israel yang didukung oleh helikopter dan tank-tank tempurnya.
Serangan Israel ke Bait Lahiya membuat warga setempat ketakutan dan memilih berdiam diri di rumah. "Tank-tank Israel ada di luar rumah kami. Anak-anak menjerit-jerit dan rumah kami bergetar. Kami terperangkap di tengah pertempuran," kata seorang warga pada stasiun radio lokal.
Selain Bait Lahiya, kota Khan Yunis juga menjadi sasaran serangan misil-misil Israel yang dimuntahkan dari pesawat tempurnya. Di kota Jenin, Tepi Barat, menurut informasi dari petugas kesehatan Palestina, dua warga Palestina-seorang pejuang dan remaja berusia 16 tahun yang melempari tentara Israel dengan batu-juga tewas oleh tentara Israel.
Koresponden Aljazeera di Jenin melaporkan, pemimpin faksi pejuang Palestina Brigade Martir al-Aqsa, Zakariya al-Zubaidi dan pemuka Jihad Islami, Mahmud al-Saadi lolos dari upaya pembunuhan pasukan Israel pada Kamis malam, setelah pasukan Israel menyerbu acara pemakaman seorang pejuang Palestina yang dihadiri oleh dua tokoh pejuang Palestina itu. (ln/aljz)