Otoritas Gerakan Hamas di Gaza mengambil alih dan menggantikan guru-guru yang melakukan mogok. Tindakan Hamas ini menjaga agar sekolah-sekolah tetap berjalan dengan lancar. Karena, akibat mogok yang dilakukan guru-guru yang berafiliasi politik kepada al-Fatah, menyebabkan situasi sekolah menjadi kacau.
Aksi mogok yang dilakukan para guru di sekolah-sekolah umum, menjelang dibukanya kembali kegiatan belajar dan mengajar, di Gazar, tak adalah akibat dampak kondisi ekonomi yang buruk, akibat blokade ekonomi internasional terhadap rakyat Palestina yang tinggal di Gaza. Sanksi yang sangat keras yang dilakukan masyarakat internasional, tak lama sesudah Hamas mengambil seluruh kontrol wilayah Gaza, yang dahulunya dikuasai faksi al-Fatah, yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas.
Organisasi persatuan guru lokal, yang merupakan salah satu organisasi guru, yang dibawah al-Fatah di Gaza, menyerukan aksi protes dan meminta agar mereka dipindah ke sekolah-sekolah yang baru. Tetapi, para pemimin Hamas, posisi-posisi yang diinginkan para gerakan organisasi guru yang berafiliasi ke al-Fatah itu, di tolak, dan digantikan oleh para guru dari kelompok Hamas. Fihak Hamas sendiri memandang sangatlah penting lembaga pendidikan, bagi masa depan rakyat Palestina, terutama mereka yang ada di Gaza. Maka, otoritas Hamas memegan semua posisi penting yang berkaitan dengan pendidikan.
Penolakan Hamas itu, akibat tindakan ratusan guru yang sudah lebih dahulu melakukan mogok, dan dianggap merugikan. Menurut Menteri Pendikan Mohammed Askoul, diperkirakan 2.000 dari 9.000, sekolah-sekolah umum, yang akan diganti. “Setiap mereka yang sudah meninggalkan pekerjaan mereka, tidak diijinkan kembali”, tegas Askoul. “Mereka tidak pantas lagi kembali mengajar, dan mereka tidak dapat dipercaya lagi”, tambahnya. Semua peristiwa yang merembut sampai ke bidang pendidikan di Gaza saat ini, tak lain akibat dari situasi ekonomi, yang terjadi di Gaza.
Akibat aksi dari faksi al-Fatah yang melakukan pemogokan di sekolah-sekolah umum itu, Hamas mengambil seluruh lembaga pendidikan yang ada di Gaza. Tindakan ini menjaga lembaga pendidikan agar citra gerakan Islam di Gaza, tetap mendapat simpati dari masyarakat. Di seluruh Gaza, tak kurang dari 250.000 sekolah umum. Sekolah-sekolah ini dapat menjadi sarana membangun kekuatan ideologi, bagi siapa yang mengelolanya. Perbedaan antara Hamas dan al-Fatah ini merembet sampai ke sekolah-sekolah. Beberapa orang tua murid, melarang anaknya pergi ke sekolah. Kawatir, terjadi bentrokan senjta antara Hamas-Fatah. Sementara itu, sebagian murid tetap berada di dalam kelas masing-masing, menjaga keselamatan mereka. “Apa yang terjadi? Ini adalah lelucon. Kami pergi ke sekolah, tetapi guru menyuruh para murid untu pulang”, ujar Hussam Abdullah (16), seoran pelajar di kota Gaza. Hamas, sementara waktu, melarang pelajar masuk ke sekolah, sampai situasi di sekolah-sekolah itu stabil.
Hamas, tak mungkin melepaskan lembaga pendidikan, karena posisi ini, sangatlah strategis. Semenjak menguasai dan mengontrol Gaza, Hamas ingin melanjutkan usaha mengubah seluruh sistem pendidikan di Gaza, ke arah yang lebih Islami, dan mengganti seluruh kurikulum, yang selama ini diatur oleh Otoritas Palestina,di bawah Fatah. (Mh/Abc news)