Hamas sudah mampu mengendalikan Ghaza. Kini saatnya mereka melakukan sejumlah strategi untuk membangun kembali kepercayaan di Ghaza, dengan menjalin komunikasi dengan pihak Fatah.
Wakil Parlemen dari Fraksi Hamas menyinggung sejumlah mekanisme yang tengah dilakukannya. Antara lain, pemberian pengampunan kepada semua kader Fatah. Pesan ini dikeluarkan Hamas untuk menegaskan leburnya permusuhan Hamas terhadap sesama pejuang Palestina yang ada dalam barisan Fatah.
Tapi sayangnya, Fatah justru menganggap pengampunan dari Hamas itu sebagai penghinaan. Menurut sejumlah tokoh Fatah seperti dilansir Islamonline, tidak mungkin menghapus begitu saja tragedi yang terjadi pada hari Kamis (14/6) saat Hamas menguasai Ghaza dan mengusir Fatah dari markas mereka.
Di Beit Lahiya, sisi utara Ghaza, Hamas menggelar pengadilan terhadap empat orang anggota Fatah dengan dihadiri seluruh keluarga mereka. Dalam pengadilan hadir keempat tertuduh, termasuk pebantu komandan Brigade Syuhada Al-Aqsha, sayap militer Fatah, Jamal Abu Al-Jadiyan yang dituduh membunuh seorang kader Hamas dalam pertikaian berdarah pekan sebelumnya. Namun setelah dilakukan pengadilan, dibacakan lembar-lembar tuduhan di hadapan pengadilan, Hamas mengeluarkan pengampunan terhadap seluruh kader Fatah.
Hamas menyatakan dalam pernyataan sikapnya, "Setelah dilakukan pembersihan di Ghaza dari orang-orang pro kudeta, para pengkhianat dan para kolaborator… Untuk meninggikan moral yang mulia dalam agama kita yang lurus, dan bertolak dari rasa kasih dan sepenanggungan, Hamas memberikan pengampunan terhadap keempat orang anggota Fatah yang diduga terlibat dalam aksi pembunuhan di Ghaza. Mereka adalah Raid Abu Ajinah, Khalid Salman, Khalid Falfal dan Rani Warsha Agha.
Apa yang terjadi di Beit Lahiya juga terjadi di sejumlah pemukiman di Ghaza, antara lain di kamp Nushairat. Sejumlah orang bersenjata dari Hamas datang bersama salah seorang anggota Fatah. Tapi kemudian orang-orang itu dilepaskan begitu saja setelah mereka mengaku di hadapan masyarakat, bahwa mereka memang terlibat dalam penembakan terhadap salah satu kader Hamas. Langkah-langkah ini dilakukan untuk membangun kepercayaan sebagaimana dinyatakan PM Palestina Ismail Haniyah. Pernyataan Hamas ini juga dilakukan dengan menetapkan tokoh Fatah Taufiq Jabar untuk memegang komando kepolisian di Ghaza, dan menetapkan Khalid Abu Hilal pimpinan Fatah sebagai jubir Menteri Dalam Negeri Kabinet Hamas yang dibubarkan Abbas.
Langkah yang dilakukan Hamas ini mendapat sambutan dari para pengamat politik Palestina. Menurut mereka ini adalah langkah yang tepat untuk membangun kepercayaan dan membuktikan niat baik Hamas kepada Fatah. Tapi memang sayangnya, kelompok Fatah sendiri justru belum bisa menghapuskan begitu saja apa yang terjadi pada hari Kamis pekan lalu, saat mereka terusir dari markas miltier dan istana Presiden oleh serangan Brigade Izzuddin Al-Qassam sayap militer Hamas.
"Fatah melihat langkah ini dari sisi negatif. Mereka menanyakan apa maksudnya Hamas mengeluarkan permaafan menyeluruh begitu? Apakah itu adalah anggapan bahwa kader Fatah memang agen Zionis Israel?" (na-str/iol)