HAMAS Gagalkan Serangan Darat Israel di Gaza Utara

eramuslim.com – Sayap bersenjata Hamas , Brigade Qassam, mengatakan mereka telah “menggagalkan serangan darat Israel ke Beit Hanoun dan timur Bureij.” Mereka menambahkan bahwa “bentrokan dengan kekerasan” kini sedang terjadi.

Seorang pejabat senior Hamas, Osama Hamdan, mengatakan bahwa Israel berusaha “menciptakan citra kemenangan”.

“Memutus komunikasi dari Jalur Gaza adalah upaya untuk menutupi kejahatan pendudukan [Israel] tanpa pengawasan atau akuntabilitas apa pun,” tambah Hamdan.

Apa rahasia kesuksesan Hamas menggagalkan invasi darat ke Gaza? Ternyata persiapan yang matang.

Sementara itu, Izzat al-Rishq, anggota senior biro politik Hamas, mengatakan pada hari Jumat bahwa Hamas siap mengalahkan pasukan Israel jika mereka memasuki Jalur Gaza.

“Jika Netanyahu memutuskan untuk memasukkan [pasukan darat ke] Gaza melalui darat malam ini, perlawanan sudah siap,” kata al-Rishq.

Komentarnya muncul setelah Israel mengumumkan pihaknya memperluas operasi darat di daerah kantong tersebut.

Kemudian Al Jazeera melaporkan ada laporan “operasi terbatas Israel” di Gaza utara dan di sisi timur Kota Gaza itu sendiri.

Serangan udara meningkat di barat laut, khususnya di dekat kota pesisir Beit Lahiya, kata al-Kahlout, dan di daerah pemukiman di Kota Gaza.

“Ini bukan persiapan untuk… operasi darat, karena operasi darat [biasanya] didahului dengan artileri berat dan pemboman, yang sekarang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan beberapa jam yang lalu,” demikian laporan Al Jazeera. Namun, banyak trik dan permainan bisa diharapkan.

Sementara itu, militer Israel mengatakan kepada kantor berita Reuters dan AFP bahwa mereka tidak dapat menjamin keselamatan jurnalis mereka di Gaza.

Di tengah pemboman yang sedang berlangsung, dan rencana militer untuk meningkatkan operasi darat, “kami tidak dapat menjamin keselamatan Anda para karyawan, dan kami sangat mendesak Anda untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan demi keselamatan mereka”, kata militer Israel dalam sebuah surat, menurut laporan Reuters.

Reuters dalam sebuah pernyataan mengatakan “keengganan Israel untuk memberikan jaminan tentang keselamatan staf kami mengancam kemampuan mereka untuk menyampaikan berita tentang konflik ini tanpa takut terluka atau terbunuh”.

Komite Perlindungan Jurnalis telah mendokumentasikan 29 jurnalis tewas sejak 7 Oktober, termasuk jurnalis Reuters Issam Abdallah, yang tewas dalam serangan di Lebanon selatan.

Awal pekan ini, ancaman yang ditimbulkan tidak hanya terhadap jurnalis tetapi juga keluarga mereka sangat lega ketika istri, putra, putri dan cucu kepala biro Al Jazeera di Gaza, Wael Dahdouh, tewas dalam serangan di Gaza. (Sumber: sindonews)

Beri Komentar