Kelompok-kelompok pejuang di Palestina termasuk Hamas dan Fatah sepakat untuk mengakhiri pertikaian lewat gencatan senjata. Kesepakatan itu tercapai pada Minggu (17/12) malam.
Selain sepakat mengakhiri konfrontasi, mereka juga sepakat menarik senjata dan para milisinya dari jalan-jalan, penghentian saling hasut melalui media massa seperti radio dan sebagainya, serta penghentian aksi unjuk rasa dan long-march.
Kesepakatan tersebut juga mendorong adanya pertemuan semua faksi pejuang untuk membahas isu-isu terkait masalah Palestina dan rencana pembentukan pemerintahan nasional bersatu.
Kepala Komite Tinggi yang mewakili kelompok-kelompok pejuang Palestina, Ibrahim Abu Najja seperti dikutip APF menyatakan,"Ada kesepakatan antara Hams dan semua kelompok bersenjata untuk melakukan gencatan senjata dan mengakhiri kekerasan.
Adanya kesepakatan gencatan senjata itu dibenarkan oleh juru bicara Hamas, Ismail Radwan. Ia menyatakan, kesepakatan itu meliputi penarikan orang-orang bersenjata dari jalan-jalan.
Penculikan dan Kekerasan
Sebelum kesepakatan gencatan senjata tercapai Minggu malam, berbagai aksi kekerasan terutama antara pendukung Fatah dan Hamas, terjadi sepanjang akhir pekan kemarin.
Juru bicara Fatah bahkan mengklaim, seorang kolonel dari lembaga keamanan nasional yang juga anggota Fatah, telah diculik dan dibunuh di Jalur Gaza oleh para pejuang Hamas, hari Minggu kemarin.
Kolonel Adnan Rami, 40, dengan dua pengawalnya diculik ketika sedang melintas di kamp pengungsi Jabalya. Para penculiknya yang mengenakan penutup muka kemudian menembaknya dan mayatnya dibuang di dekat sebuah rumah sakit. Bagaimana nasib dua pengawalnya, belum diketahui.
Pada minggu pagi, seorang perempuan Palestina berusia 19 tahun tewas dalam bentrokan antara pendukung Fatah dan Hamas yang terjadi di luar kantor kepresidenan di Kota Gaza. Sejumlah mortir dilaporkan ditembakkan ke kantor Presiden Palestina, Mahmud Abbas. Pertikaian itu terjadi setelah Hamas menuduh Fatah melakukan upaya pembunuhan terhadap Menlu Palestina, Mahmud al-Zahar dalam sebuah konvoi kendaraan di Kota Gaza. Al-Zahar selamat dalam upaya pembunuhan itu dan tidak terluka.
Dalam bentrokan kemarin, PM Palestina Ismail Haniyah, mendesak Abbas agar memerintahkan pengawalnya untuk tidak menjadikan warga sipil sebagai target serangan.
Sementara itu, pengawal presiden yang didukung oleh Brigade Martir al-Aqsa yang berafiliasi ke Fatah, kemarin berhasil menguasai kantor kementerian pertanian dan transportasi yang terletak dekat kantor kepresidenan.
Menlu Palestian menuding pasukan Abbas sedang berupaya melakukan "kudeta militer" dan memerintahkan pasukan keamanan Fatah untuk segera meninggalkan kedua gedung kementerian itu.
Warga Gaza menilai pertikaian antara Fatah dan Hamas yang disertai aksi-aksi kekerasan kali ini, merupakan pertikaian yang paling buruk. (ln/aljz)