Musa Abu Marzuq, wakil kepala biro politik Hamas memprediksi aksi perlawanan akan semakin intensif terhadap penjajah Israel pascakonferensi Annapolis. Menurut Abu Marzuq, konferensi yang akan diselenggarakan sekitar dua hari mendatang (27/11) di Maryland Amerika Serikat itu aksi perlawanan bersenjata atas penjajah Zionis Israel, akan meluap hebat tidak hanya dari Ghaza, tapi juga Tepi Barat yang kini dikuasai kubu Fatah.
“Fase pascakonferensi Annapolis akan menyaksikan kian intensifnya aksi perlawanan dengan segala bentukna, di Tepi Barat dan Ghaza menentang penjajah Zionis Israel, ” ujar Marzuq. Ia berpendapat bahwa Olmert adalah tokoh yang sulit bisa menerima tawaran Palestina. Karenanya ia menyerukan rakyat Palestina, “Turun ke jalan besar-besaran dan mengatur aksi demonstrasi massal untuk mengungkapkan penolakan kepada Konferensi Annapolis. ”
Hamas dan Jihad Islami, memang telah mengorganisir sebuah aksi demo massal menentang konferensi Annapolis pada hari Selasa. Mereka akan meneriakkan penolakan menyerah dalam menuntut hal-hal mendasar dalam konflik dengan Zionis Israel seperti status Jerussalem, perbatasan negara Palestina masa depan dan hak kembalinya pengungsi Palestina tahun 1947.
Hamas mengecam keputusan sejumlah negara Arab besar yang mengatakan akan hadir dalam acara konferensi Annapolis. Hams menduga bahwa perundingan yang akan berjalan dalam konfernesi itu akan dikendalikan oleh kepentingan Israel yang lebih dominan ketimbang kepentingan Palestina.
Sebelum ini, sejumlah negara Arab memang menyatakan akan hadir dalam konferensi Annapolis dengan dalih ingin memperjuangkan negara Palestina dan menekan Israel untuk mengembalikan daaran Golan kepada Suriah. Tapi bagaimanapun, niat kehadiran petinggi negara-negara Arab itu menurut Sami Abu Zuhri, petinggi Hamas, merupakan tamparan keras bagi rakyat Palestina. Melihat perkembangan yang terjadi, perundingan Annapolis, menurut rakyat Palestina adalah pintu untuk membuka hubungan diplomatik secara langsung dengan Zionis, sementara di waktu yang sama aksi kejahatan Israel kian tak terperi terhadap rakyat Palestina. (na-str/iol)