Wacana mendatangkan pasukan asing ke Palestina terus bergulir. Hamas menolak ide tersebut dan menyampaikan pandangannya. DR. Yahya Musa, wakil fraksi Taghyir wa al-Ishlah dari Hamas di Parlemen Palestina, mengatakan bahwa Hamas akan menyikapi semua militer yang akan datang ke Ghaza sebagai penjajah.
Ia mengkritik pemikiran Presiden Abbas yang ingin mengundang militer asing untuk mempraktikkan pengalaman serupa yang pernah diterapkan negara asing di Irak dan Afghanistan dengan segala kegagalannya.
Musa dalam pidatonya di hadapan ratusan warga Palestina di Masjid Al-Imam Asy Syafii di kamp Khanyunis, Selatan Ghaza, menegaskan, “Kondisi yang diinginkan Abbas takkan pernah terjadi kecuali melalui solusi politis yang sejalan dengan kesepakatan serta dialog nasional yang sudah ada. Apapun yang terjadi kami akan tetap mengulurkan tangan untuk berdialog dan lebih mementingkan kepentingan rakyat dan kesatuan Palestina. ”
Tokoh Parlemen Palestina ini juga mengatakan bahwa tanah Palestina adalah satu bagian yang tak mungkin dipecah belah. “Semua upaya pecah belah dan membagi Palestina ini tidak akan pernah berhasil. Pihak yang menang di Ghaza adalah wakil dari keseluruhan rakyat Palestina, bukan Hamas, ” tandasnya.
Sementara itu, Jubir Fraksi Taghyir wa Al-Ishlah, Dr. Shalah Bardaweil, mengatakan, bahwa apa yang dilakukan Hamas dengan pembersihan Ghaza dari anasir yang menghendaki kudeta adalah pilihan seluruh rakyat Palestina. Sementara, “Mahmud Abbas kehilangan legalitas pemerintahannya ketika ia justru berkolaborasi dengan Israel untuk masuk ke Ghaza. ” (na-str/pic)