Pengadilan tertinggi negara bagian New South Wales, Australia membatalkan kasus dugaan teroris terhadap seorang warga Muslim, Izhar ul-Haque.
Izhar, yang juga mahasiswa kedokteran ini, ditangkap sejak April 2004 dengan tuduhan menerima latihan persenjataan dari Laskar-e-Taiba yang berbasis di Pakistan pada saat kunjungannya ke negeri itu tahun 2003. Di Australia, Laskar itu masuk dalam katagori organisasi teroris.
Namun hakim Michael Adams dalam putusannya mengatakan, pihak intelejen Australia (ASIO) yang telah menangkap Izhar telah melakukan kesalahan prosedur penangkapan dan interogasi, yang membuat Izhar mengeluarkan pengakuan palsu.
Dari hasil investigasi menunjukkan bahwa Izhar telah diintimidasi, diperas, ditekan sedemikian rupa dan diancam dengan ancaman serius jika ia tidak mau "bekerjasama" dengan aparat. Setelah itu, kepolisian federal berupaya membujuk Izhar untuk menjadi informan mereka yang tugasnya memata-matai warga Muslim di Sydney.
Hakim Adams menilai intelejen dan kepolisian sudah melanggar hak asasi manusia, terlepas dari apakah Izhar telah melakukan tindakan kriminal atau tidak, atau apakah dia seorang muslim atau bukan.
Setelah hakim memutuskan untuk membatalkan kasusnya, Izhar ul-Haque masih belum mau bicara dengan media tentang pengalaman buruknya selama berada dalam tahanan intelejen dan kepolisian Australia.
Kuasa hukum Izhar, Adam Houda menyatakan tuduhan polisi dan intelejen Australia pada kliennya, sejak awal merupakan "tuduhan yang bodoh. "
"Sejak awal, pengadilan ini tidak lebih hanya sebagai pengadilan yang sudah direkayasa untuk membenarkan bahwa dibutuhkan dana milyaran dollar untuk mengkonter terorisme, " ujar Houda.
Lebih lanjut ia mengatakan, kasus Izhar menambah buruk track record polisi dalam membuat tuduhan yang salah terhadap para tersangka teroris. Kasus seperti ini, sebelumnya menimpa seorang dokter Muslim asal India Muhammad Hanif.
Dibatalkannya kasus Izhar, membuat lega warga Muslim Australia. "Sejak kasus ini mencuat, banyak orang yang tidak percaya, " kata Keysar Trad dari Islamic Friendship Association pada ABC News.
"Kami tidak percaya di Australia hal seperti ini bisa menimpa seorang mahasiswa kedokteran yang usianya masih muda, " sambungnya. (ln/iol)