Selama satu milenium lebih, umrah dan haji menjadi sumber pendapatan utama yang menjadi tulang punggung perekonomian Kerajaan Arab Saudi, setelah pendapatan dari sumber-sumber minyaknya.
Hal ini diungkap dalam buku "Perekonomian dari Haji dan Umrah" yang ditulis oleh Dr. Ali Hassan Al-Nagur, kepala Komite Transportasi, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jeddah. Dalam buku itu, Dr. Al-Nagur menulis bahwa pendapatan sektor swasta dari industri haji pada tahun 2004-2005 mencapai 30, 6 milyar riyal Saudi atau sekitar 8, 2 milyar dollar. Dengan perincian, dari haji sebesar 14 milyar riyal dan dari umroh sekitar 16, 6 milyar riyal.
Sementara itu, data dari Kementerian Haji menyebutkan, pada kurun waktu tersebut, jumlah jamaah umroh lebih dari enam juta orang dan jumlah jamaah haji sekitar 2, 3 juta orang.
Setiap tahun, terjadi peningkatan jumlah jamaah haji, sejalan dengan makin bertambahnya jumlah umat Islam di seluruh dunia. Kerajaan Saudi menerapkan sistem kuota untuk membatasi jumlah jamaah haji yang datang ke tanah suci, yaitu 1. 000 jamaah untuk setiap satu juta jumlah penduduk di suatu negara. Sedangkan kuota untuk umrah, biasanya lebih besar daripada kuota untuk musim haji.
Al-Nagur dalam bukunya memperkirakan jumlah jamaah umrah akan mencapai 10 juta orang pada tahun 2010 dan ini akan memberi dampak besar bagi perekonomian Saudi, apalagi Saudi kini mengizinkan jamaah untuk berkunjung ke kota-kota lain di Saudi.
Mayoritas biaya pengeluaran jamaah, masuk ke sektor swasta salah satunya penginapan yang mampun meraup keuntungan sebesar 6 milyar riyal setiap tahunnya. Sektor lainnya yang juga mendapatkan keuntungan besar, lebih dari 3 milyar riyal setiap tahunnya adalah sektor penyediaan akomodasi dan makanan, termasuk sektor transportasi dengan pendapatan sekitar 5 milyar riyal.
Salah satu dampak paling terasa saat musim haji dan umrah adalah tersedianya lapangan kerja baik bagi warga Saudi maupun warga negara asing. Layanan penyediaan air Zamzam misalnya, mempekerjakan sampai ribuan orang. Setiap jamaah yang setidaknya harus mengeluarkan uang sebesar 600 riyal untuk layanan ini. Belum lagi bisnis souvenir, seperti sajadah, karpet, parfum dan perhiasan.
Dalam bukunya, Al-Nagur menulis, haji dan umrah juga membuat perputaran uang di sektor perdagangan dan pertukaran mata uang asing, sangat tinggi terutama di kota-kota Makkah, Madinah dan Jeddah. (ln/arabnews)