Kolumnis besar Muhammad Hasanain Haikal, menyebutkan Israel tidak membutuhkan bangsa Arab kecuali sekedar formalitas pemulihan hubungan diplomatic dengan Saudi Arabia dan Negara teluk.
Menurut Haikal, dalam forum kajian di channel televisi satelit Aljazeera, "Ada kerancuan dan ketidakjelasan dalam pemahaman keamanan nasional yang ada di Negara-negara Arab. " Ia menjealskan, "Bahaya kehadiran pemimpin Arab di perundingan Annapolis yang baru lalu, dalam pandangan saya, adalah indikasi perlawanan terakhir bangsa Arab. Sementara pada fase-fase sebelumnya bangsa Arab telah melakukan sikap mengalah terhadap Israel dalam banyak hal. Karenanya, bagi Israel bansa Arab tidak berarti apa apa kecuali dalam rangka membuka kembali hubungan diplomatiknya dengan Saudi Arabia dan Negara-negara teluk. Dan menurut saya, kehadiran mereka dalam perundingan Annapolis adalah fase transisi yang membedakan antara sikap bangsa Arab sebelumnya, dan sesudahnya. "
Dijelaskan juga, "Kehadiran pemimpin Arab di Annapolis mengindikasikan bahwa kita saat ini tidak dalam proses perdamaian, melainkan pada awal fase pemulihan hubungan diplomatic dengan Israel. Dan tentu saja tema pembukaan hubungan diplomatic itu berbeda dengan perdamaian. Perdamaian adalah hasil yang dibentuk dari pertikaian yang terjadi, sedangkan normalisasi hubungan diplomatic itu dibentuk dari perubahan kondisi real. "
Sejak awal, Haikal mengaku telah pesimis dengan pemilihan tempat perundingan di Annapolis, Mariland, Amerika. Kota itu, tambahnya merupakan tempat bersejarah bagi AS. Haikal menyebutkan, "Saya berharap orang-orang yang hadir dalam pertemuan di Annapolis mempelajari sejarah kota Annapolis yang mempunyai peran sejarah penting dalam perang saudara di AS pada tahun 1861-1865. " Ia menambahkan, "Dengan posisi Annapolis sebagai lokasi pertemuan tujuh sungai di lautan atlantik, maka kota ini menjadi titik yang paling dekat antara utara dan selatan AS. Karena itulah, di Annapolis terdapat benteng perlindungan, dan rumah sakit bagi pasukan selatan yang kalah. Mereka menaiki perahu untuk datang ke Annapolis untuk berobat. Pada masa itulah, para korban yang terluka berpikir terkait perang yang merugikan bagi mereka. Karenanya mereka harus berupaya kembali ke kamp pertaubatan (roil camp) dan kembali menempuh jalan yang menurut mereka lebih benar. " Dengan uraian itulah, Haikal mengkaitkan indicator pemilihan Annapolis sebagai perundingan bagi Arab-Israel saat ini. Bahwa, bangsa-bangsa Arab harusnya mengerti soal sejarah yang terkait erat dengan Annapolis itu.
Seperti diketahui, perundingan perdamaian Timur Tengah di Annapolis yang digelar pada 27 November, yang merupakan prakarsa Presiden AS George Bush, Presiden Palestina Mahmud Abbas dan PM Israel Ehud Olmert, dihadiri oleh 40 negara dan organisasi internasional. Termasuk di antaranya 16 pemimpin Negara Arab. (na-str/iol)