Seorang muslimah India bersumpah akan memperjuangkan haknya mengenakan jilbab, jika perlu ia akan menghadap gubernur bahkan presiden untuk menyampaikan protes karena hak keagamannya sudah dilanggar,
"Tidak ada kata untuk mundur," kata Hadiya.
Ia adalah siswi di Jain PU College di Mangalore dan memutuskan untuk mengenakan jilbab menjelang tahun kedua kuliahnya. Tapi pihak administrasi sekolahnya ternyata melarang Hadiya mengenakan jilbab saat kuliah, dengan alasan jilbab melanggar aturan seragam di sekolah itu.
Awalnya, Hadiya masih dibolehkan ikut belajar. Tapi selanjutnya, Hadiya dilarang datang ke sekolah dan itu berlangsung selama sebulan lebih.
Hadiya menulis surat protes ke deputi komisioner distrik Mangalore, tapi tidak mendapat tanggapan. Oleh sebab itu, ia menegaskan akan terus memperjuangkan haknya sampai ke tingkat gubernur, bahkan presiden jika tidak ada jawaban positif dari deputi komisioner.
Muslimah berusia 17 tahun itu juga menggalang dukungan dengan mengumpulkan tanda tangan agar ia diizinkan mengenakan jilbab oleh pihak kampus tempatnya belajar. Sejauh ini, Hadiya sudah mendapatkan tanda tangan dari sejumlah siswa dan siswi di sekolahnya; 50 Muslim dan 15 non-Muslim yang mendukungnya mengenakan jilbab. Namun kepala sekolah berusaha menghentikan tindakan Hadiya.
"Kepala sekolah bilang bahwa saya sudah menimbulkan ketegangan di sekolah ini. Padahal saya hanya memperjuangkan hak saya. Saya bisa terus belajar di sini," kata Hadiya.
Ia bukan satu-satunya siswi di Jain PU College yang dilarang mengenakan jilbab. Dua tahun lalu, seorang siswa bernama Aysha Ashmin juga mengalami kasus serupa. Tapi Aysha memilih untuk pindah sekolah. Sedangkan Hadiya, tidak mau mencari sekolah lain.
"Meski saya tidak boleh masuk kelas, saya selalu meminjam catatan pelajaran dari teman-teman sekelas," kata Hadiya. (kw/iina)