Gubernur Beirut Marwan Abboud Menangis Di Antara Puing

Bencana ledakan seperti ini bisa terjadi kapan saja dan menyeranga negara mana saja, tetapi saat ini Lebanon tengah bergulat dengan krisis ekonomi terburuk dalam sejarahnya. Belum lagi krisis sampah yang semakin meningkat, meningkatnya pengangguran dan kemiskinan, dan -di atas segalanya- peningkatan kasus Covid-19.

Ini benar-benar sebuah kehancuran bagi Lebanon, negara yang selalu dengan sabar menghadapi semuanya, dan Pemerintah sudah berjuang untuk menangani berbagai krisis yang sedang dihadapi.

Ketika langit menjadi gelap malam, asap hitam masih naik dari pelabuhan Beirut ketika helikopter menjatuhkan air dari atas dan petugas pemadam kebakaran di tanah menyemprot situs dengan selang.

Para pemilik toko duduk di seberangnya, memandang bisnis mereka yang hancur. Lainnya menyisir puing-puing mata pencaharian mereka.

Faris, seorang pria berusia 60-an, sudah mulai membersihkan tokonya yang hancur.

Meskipun kehancuran di sekelilingnya, ia mempertahankan sikap tenangnya, di mana orang Lebanon menjadi terkenal dengan ketenangannya dalam menghadapi setiap krisis.

Kami sudah terbiasa dengan ini,” kata Faris miris “Ini yang ke 10 kalinya kita dibom. Itu dimulai dengan Jerman pada tahun 1948.”(rmol)