Selanjutnya pada rakat kedua, membaca lima kali takbir sebelum mulai membaca Surah Al-Fatihah. Kemudian disarankan membaca surah Al-Qamar, sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Membaca surah Al-A’la dan Al-Ghasyiah di rakaat pertama dan kedua juga diperbolehkan.
Shekh Al-Sulaiman juga mengutip contoh Sayyidina Anas bin Malik, seorang sahabat Nabi SAW. Ketika Sayyidina Anas berada di rumahnya di Zawiya, dekat Basrah, Irak dia tidak menemukan sholat Idul Fitri berjamaah, hingga akhirnya dia melakukan shalat bersama anggota keluarga dan pembantunya bernama Abdullah bin Abi Otba.
Adapun pelaksanaan sholat Idul Fitri lanjut Sheikh Al-Sulaiman, dimulai setelah matahari terbit dan waktu terbaik adalah setelah matahari terbit dengan ketinggian satu atau dua tombak sebagaimana disepakati sebagian besar ulama.
“Ini berarti 15 atau 30 menit setelah matahari terbit dan waktunya berlanjut sampai akhir waktu sholat dhuha. Itu sebelum sholat Zuhur dimulai,” kata Sheikh Al-Sulaiman.
Lebih lanjut dia menegaskan, sholat dilarang pada saat matahari terbit, dan mayoritas ahli hukum, termasuk imam Syafi’i, Maliki, dan Hambali sepakat sehingga memilih untuk melakukan sholat hanya setelah matahari terbit setinggi satu atau dua tombak di langit.
Mengenai pembacaan takbir pada hari raya Idul Fitri, Sheikh Al-Sulaiman menyatakan bahwa itu harus dimulai pada malam Idul Fitri dan berlanjut hingga awal pelaksanaan sholat Idul Fitri. (Okz)