Google akan meningkatkan pelayanan bagi para penggunanya dengan menyediakan data base berisi informasi pribadi para penggunanya. Pihak Google meyakini, mengumpulkan sebanyak mungkin data para penggunanya merupakan langkah logis untuk mengelola informasi di dunia.
"Tujuannya adalah, memungkinkan para pengguna Google bisa menanyakan pertanyaan seperti ‘apa yang akan saya kerjakan besok?’ dan ‘pekerjaan apa yang harus saya ambil?’, " kata Direktur Eksekutif Google Eric Schmidt menjelaskan layanan baru yang akan diberikan Google.
Data pengguna Google-mesin pencari di internet yang paling populer saat ini-dan lokasinya akan masuk ke database Google. Data personal ini kemudian akan menjadi semacam iklan pribadi yang menguntungkan penggunanya.
"Kami sangat terdepan dalam menyediakan informasi yang kami simpan di Google. Perangkat lunaknya lebih baik dan lebih personal, " kata Schmidt dan sebuah konferensi di London, pekan ini.
Manajemen Google meyakinkan bahwa layanan barunya ini tidak akan menimbulkan masalah dalam hal kerahasiaan pribadi seseorang.
Anggota dewan yang mengurusi masalah privasi di Google Peter Fleischer mengatakan, layanan ini hanya sekedar layanan pencarian yang lebih personal, tujuannya adalah memanfaatkan informasi untuk menyediakan layanan pencarian sebaik mungkin bagi para pengguna Google
"Jika pengguna tidak menginginkan informasi pribadinya di simpan di database kami, tidak masalah. Kami tidak sedang berusaha untuk membangun sebuah perpustakaan raksasa yang berisi informasi data pribadi setiap orang, " tukas Fleischer.
Meski demikian, para pakar perlindungan kerahasiaan pribadi khawatir pemerintahan-pemerintahan negara bisa memaksa pengelola mesin-mesin pencari di internet dan para penyedia jasa internet untuk menyerahkan informasi di databasenya.
"Bahayanya adalah, bukan masalah apa yang dikatakan para pengelola mesin pencari tentang kebijakannya, karena hal itu bisa dike sampingkan berdasarkan hukum nasional yang berlaku, " kata seorang pakar yang tidak mau disebut namanya pada The Independent.
Saat ini banyak yang khawatir dengan rencana Google yang ingin mengakuisisi perusahaan DoubleClick. Google menawarkan uang sebesar 3, 1 milyar dollar untuk mengambilalih perusahaan itu.
Kekhawatiran yang berkembang adalah, dengan mengakusisi DoubleClick, Google kemungkinan besar bisa membangun database berisi informasi detail terkait perilaku seseorang, dengan mengombinasikan catatan dalam databasenya dengan informasi yang berada dalam database sementara yang terdapat dalam DoubleClick-software yang bisa diinstal di mesin pencari seseorang untuk menelusuri situs-situs apa saja yang sudah si pengguna kunjungi.
Kelompok Kerja Article 29-sebuah lembaga yang mewakili pemantauan perlindungan data di Eropa- sudah menulis surat resmi pada Google, meminta informasi lebih detil tentang kebijakan penyimpanan data Google.
Ketua Foundation for Information Policy Research Ross Anderson mengatakan, Google tidak memungkinkan para pengguna internet untuk melindungi data pribadinya. "Banyak orang yang marah tentang hal ini, " kata Anderson yang juga profesor di bidang Security Engineering, Cambridge University. (ln/iol)