Giliran Ribuan Imam di Aljazair Protes Pemerintah

Ketika ribuan anak muda Aljazair turun ke jalan dan memprotes pemerintah karena buruknya kondisi kehidupan rakyat dan kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari, pemerintah Aljazair meminta para imam yang digaji oleh negara untuk memberikan ceramah-ceramah yang bisa menenangkan situasi. Tapi sekarang, para imam itu justru yang melakukan protes terhadap pemerintah.

"Kami sangat marah, kondisi hidup kami sehari-hari sangat buruk," kata Hajaj El Hadj, yang sudah bekerja selama 20 tahun sebagai imam masjid di Aljazair. "Kami menuntut kenaikan gaji yang signifikan," tukasnya.

Sebagai salah satu dari empat imam di masjid kota Staoueli, tugas El Hadj adalah memimpin salat lima waktu, memberikan khutbah Jumat, dan mengkordinir kegiatan sosial bagi masyarakat sekitar. Seperti para imam lainnya yang secara resmi terdaftar di keadministrasian negara, El Hadj mendapat gaji dari pemerintah. Ia dan rekan-rekannya memutuskan untuk melakukan aksi protes setelah melihat pegawai pemerintahan lainnya menerima kenaikan gaji.

"Polisi menerima kenaikan gaji sampai 50 persen, tapi pemerintah lupa untuk memasukkan kami ke dalam daftar pegawai negara yang gajinya juga harus dinaikkan. Setelah 20 tahun menjadi imam, gaji saya cuma sekitar 317 USD per bulan. Kami tidak bisa menerima ini," ujarnya.

"Ketika terjadi kerusuhan bulan Januari lalu, pemerintah meminta kami, para imam masjid, untuk ikut menenangkan situasi. Kami berusaha keras untuk meyakinkan anak-anak muda agar menghentikan kerusuhan, tapi pemerintah tidak melakukan apapun untuk menghargai kerja keras kami. Ini tidak adil," tandas Imam El Hadj.

Sekitar 100 ribu imam yang selama ini mendapat gaji dari pemerintah, bersama para mahasiswa, dokter, pegawai negeri, sopir, pegawai perusahaan minyak, bahkan polisi, bersama-sama melakukan aksi unjuk rasa menuntut kenaikan gaji dan perbaikan kesejahteraan. Mereka mengancam akan melakukan aksi mogok kerja jika pemerintah tidak memenuhi tuntutan mereka.

Aljazair ikut terkena dampak gelombang "revolusi" di sejumlah negara Arab. Untuk meredam aksi-aksi protes rakyat, pemerintah Aljazair berusaha melakukan perbaikan di bidang perekonomiannya antara lain memberikan subsidi, menaikkan gaji dan memberikan pinjaman tanpa bunga untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Namun upaya itu tetap beresiko, karena masih terjadi aksi protes dan mogok kerja, yang meski skalanya kecil dan bersifat lokal, bisa berkembang menjadi aksi massa yang tidak bisa diprediksi.

"Ada resiko di berbagai sektor berbeda yang menuntut kenaikan gaji. Mereka bisa menyatukan langkah dan memperkuat posisi, dan jika itu terjadi, pemerintah akan menghadapi tekanan yang lebih besar," kata Mohamed Lagab, dosen ilmu politik di Universitas Aljazair. (ln/reuters)