George Papandreou adalah perdana menteri Yunani pertama yang berkunjung ke desa Dimaryo, sebuah desa muslim yang berada di perbatasan Yunani-Bulgaria. Kunjungan Papandreou ke desa muslim awal Juni lalu, untuk mengetahui lebih dekat persoalan-persoalan yang dihadapi komunitas minoritas muslim Yunani.
"Pemerintah berupaya untuk memastikan bahwa komunitas muslim tidak menjadi sasaran diskriminasi dan untuk menghapus pola pikir negatif terhadap muslim, seperti yang terjadi di masa lalu," kata Papandreou seperti dikutip kantor berita Anadolu.
"Semua warga negara Yunani dari berbagai latar belakang agama dan etnis harus hidup berdampingan dengan harmonis, dan mereka memiliki visi masa depan yang sama," sambungnya.
Desa Dimaryo yang mayoritas penduduknya muslim, menempati wilayah bagian Barat Yunani. Jumlah muslim di wilayah ini sepertiga dari 370.000 total penduduknya yang didominasi penganut Kristen Ortodoks. Muslim yang mendiami Desa Dimaryo kebanyakan keturunan muslim Turki.
Dalam kunjungan itu, Papandreou berjanji akan membuka kantor mufti dan menyelenggarakan ujian untuk mendapatkan surat izin mengemudi dalam bahasa Turki, yang menjadi bahasa utama di desa Dimaryo. Ia juga berjanji akan mempekerjakan lebih banyak lagi pegawai dari komunitas Turki di kantor Pusat Pelayanan Warga, yang selama ini menjadi tuntutan warga desa.
"Semua warga negara sama kedudukannya di muka hukum," tandas Perdana Menteri Papandreou.
Selain di desa terpencil itu, konsentrasi muslim terbesar di Yunani adalah kota Athena. Di kota ini terdapat sekitar 100.000 muslim dari berbagai kebangsaan, antara lain Albania, Mesir, Pakistan, Banglades, Maroko, Suriah dan Nigeria.
Seperti di negara non-Muslim umumnya, komunitas Muslim di Yunani kerap menjadi target diskriminasi, bahkan kecurigaan. Bulan Desember lalu, ketika komunitas muslim melaksanakan salat Idul Adha di dekat balai kota Athena, sejumlah warga setempat melempari jamaah dengan telur dan memasang musik keras-keras. (kw/MV)