Kebijakan gencatan senjata di Jalur Gaza yang mulai diberlakukan Selasa (30/1), pukul 03. 00 waktu setempat, diharapkan bisa menghentikan aksi-aksi kekerasan yang melibatkan faksi Hamas dan Fatah.
Dalam lima hari belakangan ini, bentrokan-bentrokan yang terjadi antara Hamas-Fatah di jalan-jalan, telah menewaskan 30 orang lebih dan menjadi pertikaian paling buruk sejak Hamas memenangkan pemilu dan memegang tampuk pemerintahan di Palestina.
BBC melaporkan, beberapa jam sejak gencatan senjata diberlakukan, tidak ada laporan terjadinya bentrokan antara kedua faksi itu.
Yang terjadi malah serangan udara Israel dengan target sebuah terowongan yang diklaim berada di bawah lintasan perbatasa Gaza-Mesir. Israel menuding para pejuang Palestina telah menggunakan terowongan itu untuk melakukan serangan ke Israel.
Serangan bom Israel dilakukan menyusul aksi bom syahid yang dilakukan seorang warga Gaza di kota Eilat. Aksi bom syahid itu menewaskan tiga warga Israel.
Pengumuman gencatan senjata antara Hamas dan Fatah di Gaza, diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Palestina, Mahmud Zahar setelah pembicaraan antara PM Ismail Haniyah dan seorang penasehat senior Presiden Mahmud Abbas.
"Semua pertikaian harus dihentikan dan kelompok bersenjata harus segera menarik senjata-senjatanya dari jalan, " kata Zahar, membacakan pernyataan bersama antara Fatah dan Hamas.
Ia juga mengatakan, bahwa kedua belah pihak sepakat untuk membongkar pos-pos pemeriksaan yang didirikan di banyak tempat di Gaza dan membebaskan tawanan-tawanan yang diculik selama pertikaian berlangsung.
Juru bicara Fatah, Maher Mekdad mengatakan, pihaknya akan mengawasi jalannya gencatan senjata. "Terlepas dari semua kepedihan dan kepahitan yang kami rasakan, kami akan mendukung untuk membuat gencatan senjata ini sukses, " tukasnya seperti dikutip Associated Press. (ln/bbc)