Tiga tahun invasi AS ke Irak diperingati rakyat AS dengan menggelar aksi protes, mulai dari Portland sampai Lousiana, wilayah AS yang beberapa waktu lalu dihantam badai Katrina. Aksi protes juga terjadi di seluruh Australia. Para pengunjuk rasa menyuarakan tuntutan yang sama "Hentikan Perang" dan penarikan pasukan dari Irak.
Unjuk rasa di Portland dilakukan dengan aksi long march selama hampir satu jam. Para pengunjuk rasa membawa spanduk-spanduk yang antara lain berbunyi "Para Penjahat Harus Dimintai Pertanggungjawaban." Aparat kepolisian memperkirakan 10.000 orang ikut serta dalam aksi unjuk rasa yang berjalan damai dan tanpa insiden serta penangkapan.
"Sudah saatnya anda mengembalikan negara anda," kata Steven DeFord salah seorang pengunjuk rasa. Anak laki-laki DeFord David Johnson,37, anggota pasukan garda nasional dari wilayah Oregon tewas di Irak akibat ledakan bom yang dipasang di jalan pada September 2004.
Di Lousiana, sekitar 200 veteran perang, korban badai Katrina yang selamat dan kelompok lainnya berkumpul di Pemakaman Umum Chalmette pada Minggu (19/3). Dalam protesnya mereka menyatakan bahwa konflik militer di luar negeri telah mengganggu stabilitas negara dalam membantu pemulihan para korban Katrina.
Ikut serta dalam aksi unjuk rasa di Chalmette, mantan staf garda nasional asal Florida, Sersan Camilo Mejia yang pernah dipenjarakan oleh mahkamah militer dengan tuduhan melakukan disersi. "Saya bergabung ke kemiliteran karena kelihatannya militer menawarkan stabilitas dan persahabatan. Tidak ada tentara yang masuk militer untuk beperang demi minyak," katanya.
David Cline, presiden Veterans for Peace mengatakan, negara tidak bisa memiliki ‘senjata dan mentega’ sekaligus. Perkataan Cline itu merujuk pada pernyataan mantan Presiden AS Lydon Johnson yang mengatakan bahwa negara bisa berperang di Vietnam sekaligus menikmati kehidupan yang nyaman di rumah.
"Kenyataannya anda hanya mendapatkan A atau B, anda tidak bisa mendapatkan A dan B," katanya mengambil analogi.
Aktivis Cindy Sheehan, yang menggerakan gerakan anti perang Irak di AS pada musim panas lalu ikut aksi unjuk rasa yang sama di Mississipi pada hari Jumat, kemudian terbang ke Washington untuk melakukan aksi yang sama.
"Katrina terjadi karena ketidakmampuan dan karakter pemerintahan Bush yang tidak punya perasaan, persis yang telah kita saksikan di Irak," ujar Sheehan.
"Kami menyerang pemerintah kami yang tidak melakukan apapun untuk kami," kata Al-Zappala, seorang warga Philadelphia. Putra Zappala yang masih berusia 30 tahun, anggota garda nasional juga tewas dalam perang di Irak pada April 2004. "Dia dikirim ke Irak atas dasar kebohongan-kebohongan," kata Zappala.
Aksi protes juga di gelar di pusat kota New York tepatnya di Fifth Avenue. Sekitar 200 orang pengunjuk rasa menggelar poster berbunyi "Kita sebagai Rakyat Harus Melakukan Sesuatu untuk Menghentikan Perang." Dalam aksi unjuk rasa di New York, aparat kepolisian menangkap 17 orang karena berperilaku tidak senonoh. Satu hari sebelumnya, pada Sabtu (18/3) 1.000 orang juga berunjuk rasa menuntut perang di Irak dihentikan.
Selain di AS, aksi unjuk rasa juga terjadi di sejumlah negara Asia dan Eropa. Di Jepang, sekitar 800 orang menggelar aksi protes dan meneriakkan yel-yel ‘No War! Stop the War!. Para pengunjuk rasa juga memukul-mukul genderang sambil long march di pusat kota Tokyo menuju kedutaan besar AS. Sehari sebelumnya, di kota Tokyo juga digelar aksi protes dihadiri oleh sekitar 2.000 orang.
"Perang Irak adalah kesalahan besar Presiden Bush dan seluruh dunia menentangnya. Irak harus diberi hak untuk mengurus negaranya sendiri," kata penyelenggara aksi, Ayako Nishimura.
Aksi protes juga terjadi di depan kedutaan besar AS di Malaysia. Sedikitnya, 1.000 orang turun ke jalan di kota Seoul, Korea Selatan, negara ketiga yang paling banyak mengirimkan pasukannya ke Irak setelah AS dan Inggris.
Di Venezuela, Presiden Hugo Chavez mengecam Bush dengan kata-kata yang cukup pedas,"Dunia menentang perang anda, Mr Danger," Dalam pernyataannya yang disiarkan radio dan televisi setempat, Chavez juga menyebut Bush ‘Pengecut’, ‘Keledai’ dan ‘Pemabuk.’
Sementara itu, Presiden Bush malah terus menggembar-gemborkan bahwa pemerintahannya sedang berupaya menegakkan demokrasi di Irak dan sama sekali tidak menyinggung kekerasan yang terus menerus terjadi di Irak atau menyebut kata-kata ‘perang’.
"Kami menerapkan sebuah strategi yang akan membuahkan kemenangan di Irak," kata Bush dalam pernyataan singkatnya pada para wartawan di luar Gedung Putih. (ln/CBSNews)