Kekerasan terus berlanjut dan semakin banyak korban yang jatuh. Aksi protes semakin luas, dan sekrang memasuki ibukota Libya, Tripoli. Eskalasi aksi ini membuat situasi semakin tidak menentu di negara kawasan Afrika Utara ini. Di mana kekuatan militer yang dikendalikan oleh anak Gadhafi, Mu’tasim belum surut, dan terus berhadap-hadapan dengan rakyat dengan menggunakan kekerasan.
Kekerasan itu, mengakibatkan Gadhafi kehilangan dukungan vital, sejumlah pejabat pemerintahan mengundurkan diri, dan bahkan para diplomat Libya di luar negeri juga mengundurkan diri, sebagai bentuk protes atas banyaknya jatuh korban. Selain itu, gerakan aksi massa, mereka mengarah ke gedung-gedung pemerintahan yang menjadi target mereka.
Dikabarkan aksi protes yang terjadi sepanjang hari Senin, di ibukota Tripoli, mengakibatkan sedikitnya 61 orang tewas. Para penentang pemerintah itu, sepertinya mereka mendapatkan momentum untuk melakukan perlawanan terhadap pemeirntah, dan bahkan para demonstran telah berhasil mengambil kota-kota penting di Libya, seperti kota kedua terbesar di Libya, Benghazi telah jatuh ke tangan penentang Gadhafi.
Gerakan pemrotes pemerintah Senin malam terus bergerak di ibukota Tripoli, untuk melawan Gadhafi, dan akhirnya bertarung dengan pasukan militer, yang masih setia dengan pemimpin negeri itu. Mereka melakukan aksi di jalan-jalan ibukota Tripoli, dan bentrokan dengan aparat keamanan tak dapat dihindari. Menurut laporan Aljazeera, pasukan keamanan untuk menyerang massa yang menentang pemerintah itu, juga menggunakan pesawat tempur, ujar seorang saksi mata.
Pemerintah Libya memutuskan semua jaringan yang menjadi sarana komunikasi di negeri itu, menghindari semakin meluasnya gerakan massa, yang sekarang terus berkembang di seluruh negeri.
Kekerasan yang meluas dan bentrokan antara aparat militer para pengunjuk rasa, dan banyaknya jatuh korban, menurut Reuter, yang mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris, bahwa Gadhafi telah melarikan diri ke salah satu negera Ameirka Latin, dan menyebutkan Gadhafi lari ke Venezuela. Tetapi, reporter Aljazeera, Dima Khatib, yang melaporkan dari ibukota Venezuela, Caracas, pemerintah negeri itu, menyatakan bahwa menolak keberadaan Gadhafi di Venezuela. Tetapi, Deputi Menteri Luar Negeri Libya, mengatakan, Gadhafi telah meninggalkan Libya.
Sekjen PBB Ban ki Moon, sepanjang hari Senin, mendiskusikan tentang situasi di Libya, khususnya, terjadinya eskalasi kekerasan di negeri itu, Ban meminta, "Hendaknya rakyat sipil dilindungi dari kekerasan", ujarnya. (m/aljz)