Gaddafi: Negara-Negara Superpower Sengaja Picu Konflik di Darfur, Demi Minyak

Pemimpin Libya Muammar Gaddafi menuding negara-negara kuat di dunia berada di belakang kekacauan yang terjadi di Darfur, wilayah sebelah barat Sudan.

Menurutnya, negara-negara kuat sengaja mempolitisir pertikaian antar suku di Darfur sehingga menjadi krisis internasional, karena negara-negara kuat itu punya kepentingan di Darfur.

"Mereka tertarik untuk menguasai minyak dan sumber daya alam lainnya, " kata Gaddafi di hadapan mahasiswa Cambridge University, Senin (22/10) melalui hubungan video langsung dari ibukota Libya, Tripoli.

Ia mengungkapkan, selama ini AS dan China bersaing untuk menguasai minyak di Darfur, yang memang dikenal memiliki ladang-ladang minyak. Saat ini, Chinese National Petroleum Corporation adalah perusahaan yang memegang konsesi terbesar ladang-ladang minyak di Darfur, karena China merupakan partner terbesar dalam bisnis perminyakan.

Sedangkan AS, yang sejak tahun 1997 memberlakukan embargo terhadap Sudan, tidak memiliki investasi resmi di negara itu.

Gaddafi menilai cara negara-negara superpower dalam menangani masalah Darfur sangat tidak etis. "Mereka mengeksploitasi Darfur untuk kepentingan mereka sendiri, " tandasnya.

Konflik di Darfur terjadi sejak bulan Februari 2003 setelah kelompok bersenjata memberontak pada pemerintahan negeri itu, karena dianggap diskriminatif dan mengabaikan rakyat. Sejak konflik, PBB memperkirakan sekitar 200. 000 orang jadi korban akibat dampak perang dan kekeringan, sementara lebih dari dua juta orang lainnya mengungsi.

Lebih lanjut dalam ceramahnya Gaddafi mengatakan, sikap negara-negara kuat dalam mengeksploitasi konflik Darfur, sudah tidak proporsional. "Anda pasti tertawa, jika saya bilang alasan utama dari konflik ini adalah unta, " ujarnya.

Ia melanjutkan, "Afrika memiliki ribuan masalah-masalah air, rumput-dan Afrika terbagi dalam 50 negara, suku-sukunya tersebar di berbagai negara. "

"Masalah yang kita hadapi sekarang adalah, kita mempolitisir persoalan-persoalan yang muncul di antara suku-suku itu, " sambungnya.

Gaddafi yang belakangan ini cukup berpengaruh di negara-negara Afrika menyatakan, pemimpin-pemimpin lokal seharusnya bisa menyelesaikan persoalan-persoalan di antara suku tersebut, asalkan persoalan tersebut tidak melibatkan kepentingan ekonomi dan kekuatan-kekuatan negara lain.

Pemimpin Libya itu rencananya akan menggelar pertemuan damai antara Khartoum dan kelompok-kelompok bersenjata di Darfur pada Sabtu (27/10) mendatang. (ln/iol)