Para pemimpin negara yang tergabung dalam G8 mendesak Israel untuk segera menghentikan serangannya ke Palestina dan Libanon.
Kepala negara Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia dan AS dalam pernyataan bersama setelah mengadakan pertemuan darurat, Minggu (16/7) menyatakan, prioritas yang paling mendesak adalah menciptakan sejumlah kondisi bagi penghentian kekerasan dalam jangka panjang.
Ada beberapa persyaratan yang ditetapkan untuk menghentikan kekerasan itu, di antaranya adalah penghentian operasi militer Israel, penarikan pasukan Israel dari Gaza termasuk penghentian serangan ke wilayah Israel.
Para pemimpin G8 juga mendesak PBB untuk mempertimbangkan "pengerahan pasukan keamanan atau tim pemantau internasional" ke Libanon dan mendesak agar kelompok pejuang Palestina dan Libanon membebaskan serdadu Israel yang diculik. Sebaliknya, Israel juga harus membebaskan para menteri dan anggota legislatif Palestina yang ditangkapi Israel.
Pada kesempatapan itu AS mendesak agar negara Iran dan Suriah yang dianggap telah memberikan dukungan pada kelompok pejuang di Palestina dan Libanon, ikut diberi peringatan. Namun desakan itu ditolak.
Sejak agresi Israel ke Jalur Gaza pada 28 Juni kemarin, lebih dari 85 warga sipil Palestina tewas menjadi korban. Sementara di Libanon, selama lima hari serangan udara dan pemboman Israel ke negeri itu, sekitar 141 warga sipil Libanon tewas dan ratusan orang lainnya luka-luka.
Sebelum pernyataan G8 disetujui, Presiden AS George W. Bush kembali menyatakan dukungannya terhadap Israel.
Gencatan Senjata
Menlu AS Condoleeza Rice menolak gencatan senjata sementara, karena dianggap tidak akan memecahkan persoalan ancaman terhadap keamanan Israel.
Sedangkan Rusia dan Uni Eropa, keduanya menginginkan adanya gencatan senjata dan menyebut penggunaan kekuatan oleh Israel ‘tidak proporsional.’
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Javier Solana dalam pertemuan dengan PM Libanon, Fuad Siniora di Beirut hari Minggu kemarin mengatakan, "tugas utama" di wilayah Timur Tengah adalah mengusahakan gencatan senjata.
Selain Solana, lima anggota misi PBB juga tiba di Beirut kemarin, untuk melakukan misi yang sama, yaitu mengusahakan gencatan senjata guna menghentikan serangan Israel. Meski menurut Menteri Penerangan Libanon, Ghaza Aridi, Israel menolak untuk bertemu dengan tim dari PBB itu.
Sementara itu, Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrullah menuding Israel sengaja menargetkan warga sipil dan infrastruktur Libanon dalam serangan-serangannya. Ia juga bersumpah tidak akan menghentikan perlawanan terhadap Israel.
"Sejak krisis ini mulai, kami hanya menargetkan tentara dan aparat militer sedangkan Israel menyerang wilayah pemukiman dan infrastruktur," kata Nasrullah dalam pidatonya di yang disiarkan di televisi.
"Kami akan menggunakan semua alat. Sepanjang musuh kami tidak memiliki batasan, kami juga tidak akan menetapkan batasan," tegasnya. (ln/iol/aljz)